Ratusan warga terdiri dari pria, wanita dan anak-anak mendesak proyek ditutup jika kompensasi tak segera dipenuhi. Mereka membawa spanduk dan poster tuntutan dan berorasi.
"Kami menuntut proyek ini dihentikan jika tak ada kontribusi jelas pada warga. Selama ini warga tidak pernah dilibatkan," tanda Rosidi, korlap aksi, Senin (29/8/2016).
Menurut Rosidi, selama kompensasi tak jelas, warga akan terus melakukan aksi penolakan. "Kami minta kompensasi Rp 12,5 juta per KK. Jika tidak, kami minta HCML dan PGN menghentikan segala aktivitas proyek," tandasnya.
Aksi baru berakhir setelah perwakilan perusahaan datang ke lokasi dan berjanji akan meneruskan aspirasi mereka ke pimpinan. Unjukrasa sendiri berlangsung kondusif.
"Kami terjunkan 1 SKK pasukan untuk mengantisipasi," kata Kabag Ops Polres Pasuruan Kota Kompol Sutiswono.
Sementara Pimpinan PT HCML di Semare Pasuruan, Hamim Tohari, menyayangkan sikap warga sikap warga. Pasalnya, pembangunan terminal transmisi pipa gas PT HCML itu sudah mengantongi berbagai izin yang disyaratkan pemerintah.
"Izin sudah, sosialisasi sudah dan kompensasi apabila ada kerugian lain yang timbul, kami juga sudah memberikannya. Makanya unjukrasa itu sangat saya sayangkan. Namun kami kan tetap berkoordinasi dengan semua pihak terkait untuk menyelsaikannya," kata Hamim Tohari.
Sedangkan Manager PT PGN Area Pasuruan Agus Mustofa, mengaku pihaknya belum mengetahui dengan jelas tuntutan warga. Karena proyek sebenarnya milik PT HCML. Dan PT PGN hanya membangun stasiun penerima gas dari PT HCML.
"Sesuai prinsip, semua aturan dan persyaratan pemerintah sudah kami penuhi. Untuk corporate social responbility (CSR), kami sudah memberikan dengan pembangunan sekolah di Desa Semare serta pembangunan jalan aspal desa. Makanya kalau tuntutan yang lain saya belum tahu," urai Agus.
Stasiun gas HCML di pesisir Semare rencananya untuk menyalurkan gas dari Blok Madura Strait. Dari stasiun tersebut akan disalurkan ke sejumlah perusahaan diantaranya PGN dan ISAR GAS. (fat/fat)