Sri Utami mengatakan, perubahan ukuran perut anak perempuannya terlihat sejak usia tiga tahun. Padahal saat usia kehamilan, ia rajin memeriksakan kandungannya ke bidan dan posyandu.
Berbeda dengan Finza, anak kedua Sri dan Eko yang berusia 20 bulan terlihat normal dan tidak ada keluhan yang sama seperti kakaknya. Sementara Finza, sejak setahun terakhir nafsu makannya menurun drastis dan mengakibatkan badannya semakin kurus.
Bagian tangan dan kaki terlihat mengecil tetapi perutnya semakin membesar. Ketika 2011 lalu berat tubuh Finza seberat 9,2 kilogram dan sekarang hanya 14 kilogram.
"Nggak bisa main sama teman temannya, cuma dikasur aja. Buat jalan saja susah, jadi ya saya gendong. Kasian," jelasnya.
Ia dan suaminya juga pernah memeriksakan putri sulungnya tersebut ke dokter. Namun saat itu dokter menyarankan untuk pengobatan lebih intensif dan supaya Finza dirujuk ke Surabaya. Namun dengan mata pencaharian yang serabutan membuat mereka mengalami keterbatasan ekonomi. Akhirnya mereka memilih pengobatan tradisional dan membawa Finza berobat ke paranormal.
"Penghasilannya hanya cukup untuk biaya makan dan kebutuhan sehari hari, tidak mampu dibawa berobat ke Surabaya," kata Sri, Kamis (25/8/2016).
Meski begitu, ia tak menampik jika pihaknya sempat diberi bantuan oleh kepala desa untuk biaya membuat BPJS. Tapi kartu itu belum ia gunakan karena khawatir jika ada biaya tambahan saat memeriksakan anaknya.
"Dua tahun yang lalu dari perangkat pemerintah yang kesini tapi ya hanya sekedar disarankan tidak ada kelanjutan," jelasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini