Salah satu warga pecinta sejarah dan cagar budaya, Yoyok Adi Purnomo mengatakan, lokasi benda purbakala itu tercecer di jalur pendakian yang biasa disebut Putuk Puyang. Menurut dia, pada 2015 lalu, di lokasi itu masih ada beberapa benda cagar budaya berupa patung berbahan batu andesit. Namun, saat ini benda itu banyak yang hilang.
"Diantaranya yang hilang batu dengan pahatan lambang kepala singa dan burung rajawali serta patung bergambar orang bertapa," kata Yoyok, Sabtu (20/8/2016).
Bekas penjarahan itu, kata Yoyok, saat ini masih terlihat jelas. Terdapat bekas galian di lokasi. "Bahkan ada situs yang digali tapi enggak jadi dibawa karena mungkin terlalu besar," ujarnya.
Yoyok menuturkan, dari cerita turun-temurun yang dipercaya masyarakat sekitar, di wilayah dekat Putuk Puyang terdapat petilasan Raja Mataram II, Raden Mas Jolang. Sang raja konon wafat saat berburu di hutan dan dimakamkan di lokasi tersebut.
Namun, sumber lain menyebutkan bahwa Raja Mataram II, Raden Mas Jolang yang bergelar Prabu Hanyakrawati wafat tahun 1613 Masehi saat berburu kijang di Hutan Krapyak, Kecamatan Pacet. Sang raja dimakan di Pasarean Mataram, Yogyakarta.
Terlepas dari hal itu, Yoyok berharap kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan menindaklanjuti aksi penjarahan itu. "Kami berharap ada perhatian dari BPCB Trowulan untuk menyelamatkan situs-situs yang tersisa," tandasnya.
Tak hanya di Putuk Puyang, tambah Yoyok, benda cagar budaya dan situs purbakala juga banyak tersebar di lereng Gunung Welirang. Khususnya di Desa Padusan, Kecamatan Pacet. Benda-benda bersejarah itu diduga peninggalan zaman Majapahit.
"Selain petilasan, ada juga sumber mata air dan berbagai jenis batu pahatan dengan motif bunga," pungkasnya. (bdh/bdh)