Mengenal Ketang, Pria Difabel Penjual Mainan di Kota Mojokerto

Mengenal Ketang, Pria Difabel Penjual Mainan di Kota Mojokerto

Enggran Eko Budianto - detikNews
Minggu, 07 Agu 2016 14:17 WIB
Sepeda khusus yang digunakan Ketang untuk menjual mainan (Foto: Enggran Eko Budianto)
Mojokerto - Keterbatasan fisik tak membuat Ketang berpangku tangan menanti belas kasihan orang. Meski kedua kakinya lumpuh terkena polio, pria warga Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ini, rela keliling hingga sekitar 15 kilometer tiap hari untuk menjual mainan anak-anak. Kerja kerasnya itu tak lain untuk menafkahi kedua darah dagingnya.

Saat ditemui detikcom, akhir pekan lalu, sembari duduk bersila di sepeda khusus miliknya, pria 46 tahun itu sibuk melayani anak-anak yang membeli mainan di depan sekolah TK di Jalan Residen Pamudji. Meski tubuhnya gemuk, mulai lutut hingga telapak kedua kakinya tumbuh tak normal layaknya ukuran orang dewasa. Kedua lututnya yang menghitam menandakan kerap menjadi tumpuan untuk berjalan.

Anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan almarhum Lahuri dan Khofifah itu terkena polio sejak usianya baru sekitar setahun. Kendati begitu, setiap hari Ketang mampu keliling Kota Mojokerto untuk menjual mainan anak berupa balon dan gelembung air sabun.

"Saya sudah empat tahun jualan di Mojokerto. Setiap hari, mulai pagi sampai malam keliling sekitar 15 kilometer," kata Ketang.

Dengan keterbatasan fisiknya, menempuh jarak sejauh itu bukan perkara mudah. Untuk mempercepat mobilitasnya, Ketang merancang sepeda khusus. Bagian belakang dia modifikasi sebagai kotak barang dagangan. Untuk menggerakkan sepeda ini, dia menempatkan pengayuh tepat di sisi kanan dudukan. Setir mobil bekas dia gunakan sebagai kemudi.

Dengan sepeda khusus ini, Ketang mampu sesuka hatinya menjajakan mainan anak. Mulai dari Pasar Tanjung Anyar di Jalan Residen Pamudji, alun-alun, Jalan Majapahit, hingga Jalan Benteng Pancasila saban hari dia datangi. Dia rela melawan lelah demi mengais rupiah dari keuntungan menjual mainan.

"Dagangan ini saya beli dari teman kemudian saya jual kembali. Sehari kadang dapat Rp 20 ribu, kadang Rp 50 ribu, kadang sampai Rp 100 ribu. Kadang tak dapat sama sekali karena tak laku," ujarnya.

Ketang mengaku, berdagang menjadi satu-satunya kemampuan yang dia punya untuk mencari nafkah. Profesi itu dia lakoni sejak sekitar 20 tahun lalu. Sebelum memutuskan menetap di Kota Mojokerto, dia pernah mengadu nasib hingga ke Surabaya, Lamongan, Tuban, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Sidoarjo.

Kerja kerasnya selama puluhan tahun itu, tak lain untuk sekadar bertahan hidup dan menafkahi kedua anaknya. Dari pernikahan pertamanya, Ketang dianugerahi seorang putri yang kini duduk di bangku kelas VII SMP. Sementara anak ke duanya kini berusia 3,5 tahun, buah pernikahan dengan istri keduanya yang meninggal dunia karena kanker kelenjar getah bening.

"Alhamdulillah kedua anak saya fisiknya normal. Mereka saya titipkan ke kakak di Jombang karena saya tak bisa merawat. Seminggu sekali saya menjenguk mereka sekalian kirim uang," pungkasnya. (iwd/iwd)
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.