"Ada pelatihan di lima bidang yang kita berikan seperti kuliner, home industry, kerajinan yang terbuat dari eceng gondok, kerajinan daun kering," kata Risma di sela-sela workshop Pahlawan Ekonomi Surabaya di Kaza City, Minggu (31/7/2016).
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menceritakan tentang animo ibu-ibu dari Papua. Ketika Risma melakukan kunjungan ke Papua pada April lalu, beberapa ibu-ibu dari Jayapura rela datang pagi-pagi ke hotel tempat menginap Risma, hanya untuk bertemu dan meminta Risma mengirimkan instruktur pelatihan di bidang kuliner, kerajinan tangan, home industry.
"Mereka pada waktu itu memaksa ingin bertemu saya. Padahal saya mau berangkat ke bandara," katanya.
"Mereka dari ibu-ibu penggerak di gereja ini ingin menambah ilmunya. Karena di sana katanya banyak sekali perempuan korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), sehingga ibu-ibu ingin memiliki kekuatan dan bisa mandiri," terangnya.
Karena waktunya mepet dengan kegiatan Preparatory Committee (PrepCom) 3 for Habitat III, para instruktur belum dikirim ke Papua, karena menyiapkan pameran dan kegiatan selama PrepCom.
![]() |
"Saya menjanjikan akan datang ke Jayapura. Ternyata yang datang ke sini nggak hanya dari Jayapura, tapi ada juga dari Wamena, Biak dan daerah lain. Ibu-ibu ini kan dari penggerak gereja, dan mereka diundi siapa saja yang berangkat ke Surabaya," terangnya sambil menambahkan, selain memberikan pelatihan selama 10 hari di Surabaya, dalam waktu dekat Risma akan mengirimkan instrukturnya ke Papua.
"InsyaAllah kita sudah siapkan beberapa orang dari pahlawan ekonomiu yang berhasil dan memulai dari nol," tandasnya sambil menambahkan, bahan baku untuk kerajinan seperti eceng gondok di Papua banyak ditemui.
"Bahannya di papua nggak sulit dicari. Seperti Tripang, mereka buang-buang, padahal tripang disana besar-besar. Kalau di Surabaya, Tripang sudah diekspor ke Korea, Amerika Serikat," terangnya.
Sementara itu, Deborah Wamea, salah satu peserta pelatihan dari Papua sangat antusias mengikuti pelatihan yang digelar Pemkot Surabaya. Seperti menjahit, bengkel dan membuat olahan makanan,
"Programnya bagus-bagus dan menarik. Sekali mengikuti pelatihan, saya langsung paham," ujarnya.
Ia menambahkan, pembelajaran terhadap masyarakat selama ini hanya dilakukan di Balai Latihan Kerja (BLK) milik pemerintah daerah setempat.
"Kalau di sana, belajar sesuatu harus mengeluarkan uang dan pelajarannya juga sulit dimengerti. Kalau di sini pengajarannya bagus dan mudah dipahami," tuturnya.
Setelah mendapatkan pelatihan di Surabaya, mereka akan membagikan ilmunya ke perempuan lain di Papua nanti.
"Kami tidak akan pelit, akan saya tularkan (ilmunya) ke ibu-ibu di sana agar semuanya juga bisa," tambah Yohanna Erari dari Serui. (roi/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini