Kehadiran kawanan ikan yang memiliki panjang 6-7 meter yang sering juga disebut hiu paus ini tidak membuat nelayan risau. Pasalnya, hampir setiap tahun pada bulan Juli hingga September, Perairan Pasuruan selalu dikunjungi puluhan ekor.
"Kawanan hiu tutul datang ke perairan dangkal dan hangat untuk mencari sumber makanan, plankton dan ikan-ikan kecil. Nelayan welcome saja meski ada beberapa ikan yang mendekati jaring nelayan untuk makan ikan-ikan kecil," kata petugas Polair Pasuruan yang sempat mengabadikan sejumlah hiu paus muncul ke permukaan, Bripka Wanto, Rabu (13/7/2016).
Menurut Wanto, jumlah hiu paus yang datang ke Perairan Pasuruan mencapai puluhan ekor. Meski demikian sangat susah mengabadikan mereka karena secara umum tak mau berlama-lama berada di permukaan.
"Begitu didekati mau dipotret, hilang," ujar Wanto.
Salah seorang nelayan Pangungrejo, Marzuki, menuturkan, para nelayan tak ada yang mengganggu ikan-ikan penjelajah tersebut. Selain karena dianggap sakral, ikan-ikan yang rata-rata bisa hidup selama 70 tahun tersebut juga sangat bersahabat.
"Kadang orang-orang terjun ke laut berenang bareng (hiu tutul)," ujarnya.
Menurut Marzuki, keberadaan kawanan hiu tutul ini biasanya menarik perhatian warga untuk melihat dari dekat. Mereka biasanya menyewa perahu nelayan untuk bisa menyaksikan ikan-ikan raksasa tersebut dari dekat.
"Biasanya banyak yang sewa perahu. Tapi sampai hari ini belum ada," ungkapnya.
Selain di Perairan Pasuruan, kawanan hiu tutul juga biasanya muncul di Perairan Bentar, Probolinggo. Perairan Pasuruan dan Probolinggo memang kaya dengan plankton yang otomatis juga menjadi habitat ikan kecil yang jadi sumber makanan hiu tutul. (fat/fat)











































