"Jadi semacam longsor, banjir, kemudian tanah tidak stabil atau labil yang bisa menimbulkan genjotan di rel kereta api. Jumlah titiknya kita perkirakan ada 6 titik," kata Manajer Humas PT KAI Daops IX Jember, Krisbiyantoro, Kamis (30/6/2016).
Untuk jalur rel di Banyuwangi, bencana yang diwaspadai adalah tanah labil. "Dan ada beberapa yang banjir juga, sekitar di stasiun Rogojampi dan stasiun Kalibaru," ujar Krisbiyantoro.
Tanah labil, lanjut Krisbiyantoro, juga diwaspadai di jalur kereta api sepanjang kecamatan Bangsalsari hingga kecamatan Tanggul, Jember. Tanah labil ini bisa menimbulkan genjotan atau rel kereta api bergelombang. Ini bisa mengakibatkan gerbong kereta api anjlok.
Untuk rawan longsor, ada di jalur rel kereta api kecamatan Silo, Jember. "Tepatnya ada di (desa) Garahan. Dan di sana pernah terjadi (bencana longsor), karena daerahnya perbukitan," kata Krisbiyantoro.
"Untuk jalur rel kereta api sepanjang Probolinggo hingga Pasuruan, rawan sekali terkena banjir," tambah Krisbiyantoro.
PT KAI, lanjut Krisbiyantoro, telah melakukan sejumlah langkah untuk melakukan antisipasi. Diantaranya memperdalam drainase di tepi rel agar tidak kebanjiran, memasang trucuk besi dekat plengsengan untuk mencegah longsor, dan memperkuat bantalan rel di tanah yang labil.
"Kami juga sudah memiliki tim yang disebut Flying Gank, dengan komposisi personil yang sudah cakap untuk menangani setiap keadaan darurat bencana. Mereka juga dibekali peralatan dan akomodasi yang mencukupi agar bisa dengan cepat melakukan penanganan," tutup Krisbiyantoro. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini