"Pengendara hendaknya tidak memberi makanan kepada kawanan kera. Karena akan membiasakan mereka untuk meminta-minta. Di sepanjang kawasan hutan Baluran sudah ada peringatan itu. Tapi banyak pengendara yang masih suka melemparkan makanan," kata Kasubbag Humas Polres Situbondo, Ipda Nanang Priyambodo, Kamis (23/6/2016).
Menurut Ipda Nanang, fenomena kera mencari makan di pinggir jalan tersebut dikhawatirkan akan menambah kerawanan terjadinya kecelakaan. Sebab tidak jarang konsentrasi pengemudi akan berkurang karena memperhatikan kawanan kera. Di samping itu, juga dapat mengancam keselamatan satwa kera.
"Sudah banyak kera yang mati tertabrak kendaraan. Ini juga bisa membahayakan keselamatan pengendara. Karena bisa saja pengendara ikut terjatuh saat menabrak atau menghindari kera. Karena itu, pengendara harus lebih waspada saat melintas di kawasan hutan," imbau Ipda Nanang.
Pengamatan detikcom, fenomena kawanan kera mencari makan di pinggir hutan makin banyak didapati di kawasan hutan sepanjang jalur pantura Situbondo. Tak hanya di hutan besar seperti hutan Baluran Kecamatan Banyuputih saja.
Setiap hari kawanan kera juga keluar hutan dan berjejer di tepi jalan raya pantura Dusun Gundil, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit. Bahkan, kera tak segan bermain-main di tepi jalan tak jauh dari warung-warung makanan di seberang jalan raya setempat.
"Setiap hari kera-kera itu keluar ke pinggir jalan. Kera yang besar itu sering menjarah makanan dari warung saya, terutama kerupuk," tukas wanita paroh baya, pemilik Warung Meliana di tepi jalan raya Dusun Gundil.
Agar dagangannya tak dijarah, wanita ini mengaku setiap hari memberi makan kera dengan nasi putih. Setiap kawanan kera itu datang, dia akan melemparkan nasi putih yang dibawanya ke seberang jalan. Bahkan, wanita pemilik warung itu mengaku, setiap harinya memasak beras hingga 0,5 Kg untuk memberi makan kera-kera tersebut.
"Saya sebenarnya kasihan, karena mereka juga makhluk Allah. Makanya, saya jengkel kalau ada pengendara yang berusaha menendang atau menyakiti kawanan kera-kera itu," papar wanita asal Desa Klatakan, Kecamatan Kendit itu. (fat/fat)