Adanya kampung wisata ini bisa mendorong tumbuhnya industri batik. Kreativitas pembatik lokal pasti akan tumbuh mulai dari pengembangan motif hingga desain fashion.
"Didukung Pemprov Jatim, tahun ini mulai dirintis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan batik di Banyuwangi. Lalu Oktober mendatang, Kementerian Perindustrian mengumpulkan pewarna alam se-Indonesia untuk ditampilkan di Banyuwangi. Sekarang para perajin batik giat berproduksi karena laris seiring banyaknya wisatawan," kata Anas, Minggu (12/6/2016).
Anas mengaku pengembangan industri batik di tempatnya ke depan bakal tetap menempatkan UMKM lokal sebagai pilar utama. "Siapapun yang ingin mengembangkan batik Banyuwangi harus dengan pendekatan lapangan pekerjaan dan transfer knowledge ke UMKM lokal," tambahnya.
Dosen Universitas Ciputra Juliuska Sahertian dan Kepala Laboratorium Fashion Department Fabio Ricardo Toreh yang mengaku telah bertemu dengan Bupati Abdullah Azwar Anas mengaku ini murni inisiatif Universitas Ciputra setelah melihat berbagai peluang dan tantangan batik di Indonesia.
"Misalnya, masih banyak perajin batik di Indonesia yang menggunakan bahan kimia, bukan pewarna alam. Kampung wisata batik nantinya akan menjadi pusat pembelajaran, pengembangan, dan pemasaran batik," ujar Juliuska.
Juliuska menambahkan, Banyuwangi dipilih lantaran mempunyai perkembangan batik yang signifikan. Industri kreatif berbasis fesyen ini di Banyuwangi dipadukan dengan pengembangan pariwisata. Banyuwangi juga dinilai cocok karena mempunyai infrastruktur transportasi yang lengkap, mulai dari darat, laut, maupun udara serta dekat dengan Bali sebagai jantung utama pariwisata Indonesia.
"Kampung wisata batik ini bagian dari Program Wisata Inti Rakyat (PIR) yang kami desain untuk menghidupkan pariwisata perdesaan," ujarnya.
Karena dibangun di Banyuwangi, lanjut dia, kawasan itu nantinya mengambil lansekap salah satu motif batik setempat. Di dalamnya juga dilengkapi 13 rumah tradisional dari berbagai provinsi di Indonesia yang merupakan penghasil batik. Selain itu, ada fasilitas penunjang seperti cottages (mini hotel), food and beverage stalls, taman bunga, fishing pind (kolam ikan), wahana permainan alam, jalur berkuda, dan sebagainya.
"Tahun pertama kami bikin studi kelayakan. Tahapannya, lima bulan ke depan kami cari gambaran untuk kampung wisata batik, lalu persiapan lahan selama 7 bulan," jelasnya.
Tahapan berikutnya adalah perencanaan bisnis pembangunan kampung wisata batik. "Ciputra akan menurunkan tim, baik yang mengajarkan pembuatan batik ramah lingkungan maupun mengedukasi bagaimana mendesain skema fesyen batiknya ke perajin lokal. Setelah siap, lalu dimulai pembangunan kampung wisata tersebut," jelasnya.
(fat/fat)











































