Pengiriman 90 Ekor Beo asal Kalimantan Digagalkan

Pengiriman 90 Ekor Beo asal Kalimantan Digagalkan

Imam Wahyudiyanta - detikNews
Kamis, 02 Jun 2016 18:51 WIB
Pengiriman 90 Ekor Beo asal Kalimantan Digagalkan
penyelundupan burung digagalkan/Foto: Imam Wahyudiyanta
Surabaya - Polisi kembali menggagalkan pengiriman burung. Kali ini yang digagalkan adalah pengiriman 90 burung beo dari Kalimantan. Dua tersangka diamankan dari kasus ini.

"Burung ini oleh tersangka diangkut di dalam KM Mutiara Sentosa 1 dari Samarinda, Kalimantan Timur menuju Surabaya," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Raden Prabowo Argo Yuwono kepada wartawan, Kamis (2/6/2016).

Di alur pelayaran barat Surabaya, polisi melakukan penggeledahan terhadap apa yang dibawa SA dan AH. Di dalam kapal mereka menemukan 26 keranjang yang berisi 90 ekor burung beo. SA dan AH mengakui jika burung-burung itu adalah miliknya.

"Namun saat diminta dokumen unggas itu, mereka tak bisa menunjukkan," kata Argo.

Jadilah mereka berdua dibawa ke kantor polisi. Kepada penyidik, kedua tersangka mengaku membeli burung itu dari Samarinda. Mereka mengaku tidak kenal dengan orang yang menjualnya, Satu ekor burung beo dibeli seharga Rp 250-300 ribu.

Burung itu dibawa menuju Surabaya dengan menumpang KM Mutiara Sentosa 1. Jika tidak diketahui polisi, maka burung itu siap dijual di Surabaya. Bila dijual lagi, satu ekor burung beo bisa dihargai Rp 600-800 ribu.

"Para tersangka mengaku baru sekali ini melakukannya," lanjut Argo.

Beo asal Kalimantan ini sebenarnya bukan hewan yang langka maupun dilindungi. Tetapi bila tidak ada dokumen pada unggas itu, maka perlakuan yang diberikan adalah sama seperti perlakuan untuk hewan langka atau yang dilindungi.

Unggas berbulu hitam dan berparuh oranye itu akan diserahkan ke BKSDA untuk dirawat. Menurut Kasi Wilayah III Konservasi BKSDA Surabaya Eko Setia Budi, Surabaya merupakan wilayah yang paling sering menjadi tempat singgah untuk kasus penyelundupan satwa.

"Tetapi Surabaya bisa jadi bukan tujuan akhir. Kami akan menelusurinya," ujar Eko.

(iwd/fat)
Berita Terkait