Masuki MEA, Produk UKM Jember yang Go International hanya 1 Persen

Masuki MEA, Produk UKM Jember yang Go International hanya 1 Persen

Yakub Mulyono - detikNews
Minggu, 29 Mei 2016 17:39 WIB
Foto: Yakub Mulyana
Jember - Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2016 membuat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di daerah kian bersaing menembus pasar global. Namun, tidak semua daerah mendapatkan jalan yang mulus untuk berbicara banyak tentang pasar bebas ini.

Salah satunya contohnya terjadi di Kabupaten Jember. Progres penjualan produk ke luar negeri masih sangat rendah, yaitu sekitar 1 persen.

"Jumlah UKM yang tergabung ke dalam HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Jember sekitar 400 unit. Namun kebanyakan lingkup pasarnya masih lokal dan nasional. Sedangkan untuk yang memasuki pasar global hanya sekitar 1 persen," kata Ketua HIPMI (demisioner) Badan Pengurus Cabang (BPC) Jember Rendra Wirawan, Minggu (29/5/2016).

Rendra menyebutkan, sebanyak 1 persen produk yang sudah melakukan ekspor itu di antaranya produk olahan kopi, coklat, tembakau, handycraft dan juga batik khas Jember.

"Produk unggulan kita masih agroindustri karena Jember merupakan wilayah perkebunan. Bahkan kerajinan batik yang paling diminati pasar mancanegara juga yang berbau (motif) perkebunan," tutur Rendra.

Menurut Rendra, faktor yang menjadi kendala untuk bisa menembus pasar luar negeri yaitu sistem kerja Start Up yang diterapkan HIPMI.

"Kami fokus mencetak pengusaha muda untuk lebih matang dan benar benar menjadi pengusaha. Sedangkan faktor sertifikasi UKM, kami akan segera berjasama dengan Kadin (Kamar Dagang dan Industri) tingkat Jawa Timur," paparnya.

Salah seorang pelaku usaha yang produknya sudah Go Internasional, Indi Wulandari menjelaskan, untuk bisa masuk ke dalam persaingan pasar global cukup sulit.

"Pertama kira harus memiliki passion (jiwa) untuk berwirausaha yang tinggi, selanjutnya kita harus menjaga kualitas produk serta mengurus segala perijinan ekspor produk," kata owner Batik Notohadinegoro tersebut.

Wanita berparas cantik ini juga menekankan pada ciri khas berbeda atas produk itu dengan produk lainnya. Menurutnya, hal itu menjadi poin penting untuk meningkatkan daya saing pada era pasar bebas ASEAN.

"Setiap bulan, saya menjual produk batik ke Hongkong dan Taiwan sekitar 800 lembar kain. Setiap kain dijual variatif antara Rp 150.000 sampai Rp 3 juta. Tergantung kesulitan pembuatan motif dan dasar kain yang digunakan," tuturnya.

Sementara itu, Perwakilan Dirjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang hadir dalam acara Muscab BPC HIPMI Jember, Musnidar menjelaskan, pameran produk menjadi salah satu instrumen untuk memperluas pangsa pasar baik nasional maupun Internasional.

"Selain itu juga harus ada sinergi antara pemerintah dengan organisasi usaha seperti HIMPI ini," jelas Kepala Subdirektorat Industri Kecil dan Minuman dan Bahan Penyegar Kemenperin itu. (bdh/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.