Sebagai orang yang pernah hidup di masa itu, Ibrahim Rais memberikan cerita bahwa Jenderal Nasution bisa selamat dari pembunuhan pasukan Tjakrabirawa karena nyamuk. Karena ada nyamuk yang menggigitnya, Nasution bangun dan mendengar ada suara truk di rumahnya.
"Insting pak Nasution kuat. Dia segera kabur menyelamatkan diri meski kakinya tertembak," ujar Ibrahim yang juga merupakan Ketua Yayasan Kanigoro itu dalam bedah buku Ayat-Ayat Yang Disembelih di Wisma PGRI, Senin (23/5/2016).
Salah satu pembedah buku lain adalah M Choirul Anam. Pria yang akrab disapa Gus Aam ini mengatakan bahwa isi buku memang berkisah tentang kekejaman PKI. Tetapi pada masa ini, tidaklah perlu membicarakan antara korban dan korban secara terus menerus. Karena ika dilakukan, maka tidak akan ada juntrungannya.
Pada masa ini, banyak pihak mengkhawatirkan komunis akan menyebar dan bangit lagi. Menurut Gus Aam, timbulnya komunis lebih disebabkan karena
ketidakpedulian antar sesama. Masyarakat yang lebih mampu sudah enggan membantu saudaranya yang kurang beruntung. Dari situlah benih-benih
kesenjangan sosial mulai tumbuh yang dipahami sebagai sebuah ketidakadilan.
"Saat para buruh berdemo, saya tanya ke kyai, apa tugas kita, kenapa kok diam saja," ujar Gus Aam.
Saat ini, kata Gus Aam, orang pintar dengan otak jenius semakin banyak. Namun dalam praktiknya, mereka justru menjadi orang yang terbelakang. Pasalnya sebagian besar dari mereka sudah enggan membantu sesamanya.
"Jenius di otak tetapi terjun ke belakang," pungkas Aam.
Ayat-Ayat yang disembelih merupakan karangan dari Anab Afifi dan Thowaf Zuharon. Buku setebal 256 halaman ini secara gamblang menceritakan kekejaman PKI saat menghabisi korbannya. Sebanyak 44 cerita di dalamnya dituturkan oleh sumber yang mengetahui langsung aksi kekejaman itu, termasuk keluarganya yang tewas dibunuh anggota PKI. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini