Situs Purbakala Mirip Candi di Mojokerto, BPCB: Peninggalan Majapahit Akhir

Situs Purbakala Mirip Candi di Mojokerto, BPCB: Peninggalan Majapahit Akhir

Enggran Eko Budianto - detikNews
Rabu, 18 Mei 2016 16:00 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto/File
Mojokerto - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan turun tangan meneliti situs purbakala yang ditemukan warga di Dusun Keputran, Desa/Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Rabu (18/5/2016). Situs yang sempat dikira candi oleh warga setempat itu ternyata sisa pondasi pemukiman kuno peninggalan zaman Majapahit akhir sekitar abad ke 14 masehi.

Kepala BPCB Trowulan Andi Muhammad Said mengatakan, pihaknya telah melakukan pengamatan terhadap situs yang ditemukan warga di pekarangan rumah Eko Prasetyo. Menurut dia, struktur bangunan yang tersusun dari bata merah besar itu diperkirakan bekas pondasi rumah kuno.

"Di daerah situ banyak bekas pemukiman tua. Jadi itu diperkirakan sisa-sisa pemukiman kuno. Di dekat situs ini kami temukan dua sumur kuno. Itu yang menguatkan situs ini bekas pemukiman penduduk," kata Said kepada detikcom.

Hipotesa itu, lanjut Said, juga diperkuat dengan adanya situs serupa yang ditemukan sekitar dua kilometer dari situs Keputran. "Sekitar dua kilometer dari situs ini pernah kami lakukan eskavasi juga. Ternyata itu struktur pondasi rumah kuno," ujarnya.

Jika dilihat dari struktur bangunan yang tersusun dari bata merah berukuran besar, kata Said, situs ini diperkirakan peninggalan masyarakat Majapahit akhir. Menurut dia, ciri khas rumah Majapahit menggunakan bata merah sebagai pondasinya.

"Perkiraan kami bangunan ini peninggalan zaman Majapahit akhir, sebelum Islam masuk. Sekitar abad ke 14 Masehi," ungkapnya.

Lebih detil Said menjelaskan, struktur bangunan kuno ini diperkirakan bekas pemukiman masyarakat Majapahit kelas bawah. Selain letaknya yang berada di luar Kota Majapahit (Trowulan), struktur pondasi rumah kuno ini didominasi batu sungai.

"Kalau rumah bangsawan, pondasi rumahnya menggunakan bata merah, bentuknya seperti di kampung Majapahit di Trowulan. Kalau warga biasa lebih banyak menggunakan pondasi batu kali dengan sedikit bata merah. Jadi, yang di Kutorejo itu pemukiman warga biasa karena banyak ditemukan batu kali di bagian pondasinya," terangnya.

Sayangnya, kondisi situs purbakala di Dusun Keputran ini rusak dan banyak yang hilang. Menurut Said, pada tahun 1984 silam, terjadi penjarahan terhadap bata merah di situs ini untuk lantai rumah dan pondasi jalan warga setempat. Akibatnya, pihaknya tak bisa menggambarkan bentuk struktur bangunan yang diperkirakan bekas pondasi rumah kuno itu.

"Sebagian sudah dibongkar warga, sebagian lagi tertutup jalan paving blok sampai ke pagar. Dulu kata warga batanya banyak. Namun, sudah diambili warga. Yang tersisa hanya bagian pinggiran dari sebuah struktur bangunan," tandasnya.

Untuk itu, kata Said, situs Keputran ini tak menjadi prioritas BPCB untuk dieskavasi. Hanya saja, pihaknya akan melakukan pendataan terhadap temuan-temuan yang ada di sekitar Kutorejo. Jika ditemukan struktur bangunan yang utuh, baru bisa dilakukan eskavasi.

"Kami tetap mengupayakan perlindungan dari penjarahan. Namun, kami lihat nilai pentingnya dulu. Kami melihatnya juga secara kawasan, bukan satu-satu," pungkasnya. (fat/fat)
Berita Terkait