Harga Bawang Merah Naik, KPPU: Pemerintah Tak Perlu Impor

Harga Bawang Merah Naik, KPPU: Pemerintah Tak Perlu Impor

Andhika Dwi - detikNews
Senin, 09 Mei 2016 17:19 WIB
Foto: Andhika Dwi
Kediri - Melonjaknya harga bawang merah di Jakarta membuat Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meminta pemerintah tidak mengimpor, meski harga di pasaran cenderung naik. Dia memastikan produksi nasional masih surplus dan tidak menemukan praktik penimbunan dari kenaikan ini.

Rekomendasi tersebut disampaikan Ketua KPPU M. Sarkawi Rauf saat memeriksa ketersediaan bawang merah di Kabupaten Nganjuk yang menjadi sentra komoditas Bawang.

Mengawali pemeriksaan di pusat penjualan bawang merah di Kecamatan Sukomoro, Rauf mencari tahu penyebab kenaikan harga bawang merah yang saat ini mencapai Rp 40 ribu per kg di kota besar.

"Saya penasaran ingin cari tahu kenapa harga bawang merah begitu mahal di tengah produksi yang surplus," kata Sarkawi, Senin (9/5/2016).

Berdasarkan hasil pemeriksaan KPPU dari pemeriksaan tersebut Sarkawi menemukan harga bawang merah di tingkat pedagang memang sudah tinggi. Ini lantaran minimnya produksi petani akibat belum memasuki musim panen. Diperkirakan panen bawang merah di Nganjuk baru akan dilakukan 1 – 2 bulan ke depan. Akibatnya para pedagang di Pasar Nganjuk terpaksa mendatangkan dari Sulewesi dan Bima yang lebih dulu memanen.

Para pedagang ini mendatangkan bawang merah dari luar Jawa dengan banderol harga Rp 27.000/kg plus biaya angkut sebesar Rp 1.500/kg. Mereka selanjutnya menjual kepada pedagang eceran sebesar Rp 30.000 – 31.000/kg dengan hanya mengambil laba tak lebih Rp 1.500 – 2.500/kg.

Saat dibawa ke luar kota seperti Surabaya dan Jakarta harganya naik berlipat hingga mencapai Rp 40.000/kg. Kondisi ini berbanding terbalik ketika musim panen terjadi di Nganjuk. Harga komoditas ini bisa menjadi jauh lebih murah sebesar Rp 10.000/kg akibat banyaknya pasokan dari petani.

"Harusnya tidak terjadi jika manajemen panen mereka bagus," imbuh Sarkawi.

Naik turunnya harga bawang merah, terutama menjelang lebaran ini, menurut Syarkawi tidak menunjukkan kurangnya produksi nasional. Dalam lima tahun terakhir produksi Indonesia bahkan surplus dengan produksi 1,2 juta ton di tahun 2014 – 2015 dan 1,1 juta ton di tahun 2015 – 2016. Sementara kebutuhan konsumsi sebesar 975.000 ton per tahun.

Karena itu dia meminta pemerintah tidak melakukan impor bawang merah melihat tren kenaikan bawang merah saat ini. Sebab kondisi ini akan berubah lagi pada 1 – 2 bulan ke depan memasuki musim panen di sentra Kabupaten Nganjuk.

Pemerintah didesak menugaskan Bulog untuk melakukan penyerapan bawang merah petani agar harga tidak terlalu anjlok di musim panen. Sebab kendala petani saat panen adalah tidak memiliki gudang penyimpanan untuk menahan barang sehingga terpaksa melepas semua hasil panennya ke tengkulak atau pedagang.

Menurut Kepala Desa Sukomoro Bambang Sulistyo, produksi bawang merah di wilayahnya saat ini memang belum memasuki musim panen. Di desanya yang menjadi salah satu sentra bawang merah Kabupaten Nganjuk, luas area tanaman ini mencapai 100 hektar. Masyarakat yang memanen lahannya hingga tiga kali dalam setahun mengirimkan ke Jakarta dan Semarang jika produksi lokal melimpah.

"Harus dibutuhkan gudang penyimpanan untuk menahan barang saat melimpah Mas," ucap Bambang. (fat/fat)
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.