Anas didampingi Kepala Dinas Pendidikan, Sulihtiyono dan Kepala Bapedda, Agus Siswanto hadir menjelang UN hari pertama rampung. Anas langsung meninjau ruangan kelas yang sudah dipenuhi siswa yang mengikuti UN. Saat mengunjungi salah satu ruang kelas, Anas sempat memberikan guyonan pada salah satu siswa supaya memperhatikan kebersihan.
"Gimana gampang apa susah ujiannya? Semangat ya anak-anak. Eh ini, masak kukunya begini, potong kukunya ya. Gaya kamu ini. Bu Gurunya ini juga perlu dicek murid-muridnya," ujar Anas kepada siswa sambil menepuk ringan salah satu pundak siswa SMPN 2 Banyuwangi diikuti senyuman puluhan siswa, Senin (9/5/2016).
Di sekolah ini siswa masih mengikuti Ujian Nasional Paper Based Test (UNPBT) dengan jumlah siswa per kelas di sekitar 20-25 siswa. UN di seluruh Banyuwangi yang diikuto 25 ribu siswa memang masih mengerjakan sistem manual, lantaran infrastruktur IT dan mental siswa masih perlu disiapkan.
"Memakai ujian komputer bukan tujuan, tapi prosesnya. Nggak pakai komputer juga hasilnya bagus tapi secara bertahap bisa disiapkan, di praktekkan dan segera diperbaiki. Ini juga memberi support pada siswa, guru dan diknas. Anak-anak juga rileks, mudah-mudahan bisa selesaikan ujian dengan baik," papar Anas.
Kepala Dinas Pendidikan, Sulihtiyono menambahkan, untuk menyiapkan ujian dengan sistem Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang menjadi tantangan ialah mental siswa. Pasalnya siswa perlu banyak berlatih supaya lebih terbiasa dengan sistem ujian komputer. Ditargetkan 3 tahun kedepan UN tingkat SMP di Banyuwangi bisa UNBK.
"UN bukan ujian pencabut nyawa, bukan lagi momok. Dengan UN tidak menjadi kelulusan ini anak-anak bisa jadi lebih santai. Kita juga perlu banyak melatih anak-anak untuk terbiasa mengerjakan sistem komputer, targetnya 3 tahun lagi semua UNBK, syukur kalau bisa cepat lagi," pungkasnya. (Putri Akmal/fat)











































