Awalnya Tewas Dikira Kecelakaan, Ternyata PNS ini Tewas Dibunuh

Awalnya Tewas Dikira Kecelakaan, Ternyata PNS ini Tewas Dibunuh

Imam Wahyudiyanta - detikNews
Rabu, 30 Mar 2016 20:25 WIB
Polisi menunjukkan barang bukti pembunuhan (Foto: Imam Wahyudiyanta)
Surabaya - Pada Senin (21/3/2016) lalu, Karyanto tewas setelah mengalami kecelakaan di Jalan Ambengan. Motor yang dikendarai pria 45 tahun itu menabrak sebuah pikap.

Keluarga Karyanto pun berduka. Jenazah pria yang bekerja sebagai PNS staf umum Pemkot Surabaya itu segera dikebumikan. Namun alangkah kagetnya keluarga Karyanto saat polisi mengabarkan tewasnya Karyanto bukan karena kecelakaan, tetapi karena pembunuhan.

Kabar yang disampaikan lebih dari seminggu setelah Karyanto tewas menjadi tanda tanya bagi keluarganya. Ternyata kasus ini berhubungan dengan kisah asmara terlarang Karyanto dengan istri orang lain yang berujung tewasnya dia.

"Kasus ini awalnya dilaporkan sebagai kecelakaan, tetapi ada yang mencurigakan di sini. Kami melakukan penyelidikan dan memang benar ini bukan kasus kecelakaan, tetapi pembunuhan," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Takdir Mattanete kepada wartawan, Rabu (30/3/2016).

Perempuan yang membuat kepincut pria warga Bundaran Sawahan H­5 Baru itu adalah Sriyani. Mereka pertama kali bertemu pada November 2015. Saat itu Sriyani mengurus surat di Pemkot Surabaya. Dari perkenalan itu, hubungan mereka menjadi akrab. Mereka pun memadu kasih.

Mereka tahu hubungan itu terlarang karena sama-sama sudah mempunyai pasangan. Tetapi mereka tetap meneruskan hubungan itu. Karyanto sendiri belum pernah tepergok istrinya, namun Sriyani sudah pernah tepergok suaminya, Ahmad Saifudin.

Sudah dua kali Saifudin memergoki mereka. Salah satunya Saifudin memergoki mereka saat sedang check in di hotel kawasan Kenjeran. Pria 43 tahun itu sudah memperingatkan Karyanto agar menjauhi istrinya.

"Meski sudah diperingatkan, tetapi korban mengabaikan dan tetap berhubungan dengan istri pelaku," kata Takdir.

Sriyani tetap berhubungan dengan Karyanto karena merasa bisa memenuhi keinginannya, terutama materi. Setiap kali berhubungan, Karyanto selalu memberi Sriyani uang Rp 300-500 ribu. Sriyani sudah kehilangan respek terhadap Saifudin karena pekerjaannya hanya sebagai makelar motor dengan penghasilan tidak menentu.

Tanggal 21 Maret 2016 siang, Saifudin yang pulang ke rumah sudah tidak mendapati istrinya. Menurut penuturan tetangga, Sriyani pergi menggunakan sepeda angin. Saifudin lantas menuju ke parkiran Pasar Pacar Keling. Saifudin tahu jika istrinya yang bekerja di percetakan di sekitar kawasan itu biasanya menitipkan sepeda. Dan memang benar, sepeda Sriyani ada di situ.

Saifudin yang curiga istrinya sedang pergi bersama Karyanto segera pulang mengambil pisau. Saifudin kemudian kembali ke tempat semula. Di situ dia terus menunggu hingga pukul 17.15 WIB. Benar juga firasat Saifudin. Dia melihat Sriyani dibonceng Karyanto. Perempuan 39 tahun itu dengan mesra mendekap erat Karyanto.

Dari situlah darah di ubun-ubun Saifudin mendidih. Dia segera menghampiri Karyanto dan menusuk pinggangnya sebanyak dua kali. Setelah tertusuk, Karyanto kabur ke arah Jalan Ambengan. Luka tusuk yang terus mengeluarkan darah membuat Karyanto tak awas.

Dia kemudian terjatuh setelah menabrak becak. Namun Karyanto berdiri lagi dan melanjutkan perjalanannya. Namun kali ini Motor Yamaha Mio nopol L 6445 TJ yang dikendarainya menabrak pikap. Karyanto terjatuh lagi dan tewas.

"Korban tewas diduga karena kehabisan darah," lanjut Takdir.

Polisi sendiri berencana membongkar makam Karyanto. Polisi akan melakukan auotopsi. "Kami mungkin akan membongkar makam korban untuk melakukan auotopsi," tandas Takdir. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.