"Kedua kelas yang ambruk baru selesai dibangun pada Desember 2014 lalu. Itu ruangan baru memang," kata Kepala Sekolah SMP 11 Kota Pasuruan, Isnardi, di lokasi, Selasa (29/3/2016).
Isnardi mengatakan, dua kelas yang atapnya ambruk setiap hari dipakai untuk belajar mengajar. Saat UTS, kelas tersebut diisi masing-masing 20 siswa.
"Untung ambruknya pagi hari, saat siswa belum datang. Kejadiannya Senin pagi, setelah malamnya hujan deras," ujar Isnardi.
Tidak ada tanda-tanda atap galvalum tersebut akan roboh sehingga pihak sekolah mempergunakannya seperti biasa. "Yang pasti ini menganggu UTS, kami harus carikan kelas lain untuk siswa," pungkasnya.
Informasinya, kelas yang atapnya ambruk selesai dibangun Desember 2014 menghabiskan anggaran Rp 227 juta. Selain dua kelas baru yang ambruk, di sebelahnya juga terdapat kelas baru yang selesai dibangun pada 2015 lalu. Pihak sekolah mengaku khawatir dua kelas tersebut akan mengalami nasib yang sama.
Pantauan di lokasi, masih ada belasan pekerja yang menyingkirkan material atap dan galvalum yang ambruk. Debu yang disebabkannya menyebar ke seluruh sekolah. (fat/fat)