Adapun lokasi kunjungan teknis menyasar taman kota, rumah kompos, tempat bermain dan sebagainya. Kampung-kampung unggulan yang selama ini menjadi identitas Surabaya tidak luput dari kunjungan teknis.
"Kalau panitia berkenan, kami nanti juga akan mengajak para peserta berkunjung ke eks-Lokalisasi Dolly. Kami ingin menunjukkan bahwa di kawasan tersebut sudah banyak berubah. Sekarang usaha mikro, kecil dan menengah sudah mulai bermunculan," kata Risma usai rapat konsolidasi UN Habitat dengan Sekretaris Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Hotel Garden Palace, Kamis (24/3/2016).
Dalam rapat konsolidasi, Risma juga mengusulkan, dalam materi yang akan dibahas dalam PrepCom III UN Habitat, hendaknya juga mencakup unsur ketahanan pangan. Sebab menurut Risma, tema ketahanan pangan sudah menjadi isu sentral pada beberapa seminar tingkat internasional.
Ia mengungkapkan usulan tersebut dikarenakan, suatu kota tidak dapat bertahan sendiri. Terkait pemenuhan kebutuhan pangan, kota harus terintegrasi satu sama lain. Hal ini dikarenakan semakin lama semakin banyak orang yang tinggal di kota dibanding di desa. Oleh karenanya, kota yang modern harus berorientasi pada faktor ketahanan pangan bagi warganya.
Risma juga mengemukakan faktor kearifan lokal atau local wisdom sebagai salah satu pokok bahasan dalam PrepCom III UN Habitat. Hal ini merujuk pada kekuatan Surabaya yang mampu memaksimalkan faktor pemberdayaan masyarakat.
Risma mengambil contoh, jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) menurun. Padahal, jumlah pertambahan penduduk terus naik. Penyebabnya adalah tingkat partisipasi masyarakat, baik melalui kader lingkungan maupun kesadaran mengolah sampah di tingkat kampung, sehingga sampah yang ke TPA berkurang.
"Kearifan lokal berupa kekompakan warga mengolah sampah ini bisa dikembangkan untuk menyelesaikan masalah perkotaan saat ini," kata mantan Kepala Bappeko Surabaya itu.
Sementara Sekretaris Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Rina Agustin Indriani, menuturkan, substansi materi itu nantinya akan dibahas dalam PrepCom III UN Habitat. Materi tersebut, lanjut dia, disiapkan oleh tim konsolidasi yang beranggotakan para pakar/akademisi dari berbagai universitas, serta sejumlah praktisi dan pihak kementerian.
"Sekarang, persiapan bisa dibilang sekitar 50 persen. Harapannya, dengan ditunjukkan Surabaya sebagai tuan rumah, nama Indonesia bisa lebih terangkat di dunia internasional," ungkap Rina.
PrepCom III UN Habitat sendiri akan dihadiri para pejabat selevel menteri atau kepala negara dari 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Rencananya, PrepCom III UN Habitat akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo. Dalam event tersebut, para delegasi akan mematangkan isu strategis yang akan dibahas pada konferensi UN Habitat III di Quito, Ekuador pada pertengahan Oktober 2016. (ze/fat)











































