"Masih dalam zona hijau. Jadi masih aman. Karena selama ini masih dalam taraf mewabah di satu desa saja. Dan sudah kita lokalisir," ujar Kepala Dinas Peternakan Banyuwangi, Heru Santoso, kepada detikcom, Rabu (23/3/2016).
Namun, kata Heru, zona hijau ini bisa berubah zona kuning atau waspada. Dalam 30 hari jika ada perkembangan dari kasus flu burung ini, akan ditingkatkan menjadi waspada.
"Jika 30 hari masih ada flu burung, kita akan tingkatkan kewaspadaan. Kita pantau terus," tambahnya.
Data dari Dinas Peternakan Banyuwangi, di desa tersebut terdapat 30 peternakan dengan total populasi unggas sekitar 10 ribu ekor. Jumlah tersebut terdiri dari 9000 ekor itik, 2000 ekor ayam dan 200an entok. Desa ini memang dikenal sebagai tempat produksi unggas, aktivitas pembibitan dan pembesaran unggas. Pasca adanya virus flu burung ini, sisa unggas yang masih dirawat peternak sekitar 2.000 ekor.
Heru berharap, kasus flu burung di Desa Wringin Agung, tidak sampai terjangkit ke manusia. Penanganannya akan dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan Banyuwangi.
"Kalau sudah menular ke manusia, itu sudah masuk ke zona merah atau KLB. Kita harap tidak sampai terjadi," pungkasnya.
Sementara hingga kini, peternak di Desa Wringin Agung Gambiran masih merawat beberapa unggas yang masih hidup. Sebagian dari unggas yang terdiri dari ayam dan itik per minggu masih ada yang mati. Per minggu, rata-rata ada 5 sampai 10 ekor unggas yang mati akibat flu burung.
"Saat ini masih ada yang mati. Penanganannya masih dengan penyemprotan. Jika ada yang mati kitaa bakar dan langsung dikubur," ujar Imam Sahmari, ketua kelompok peternak Tegar, Desa Wringinagung, Gambiran kepada detikcom saat dihubungi. (fat/fat)











































