Namun pada kenyataannya, kondisi sumber air Umbulan terus menyusut dari waktu ke waktu. Pada 1990-an, debit air Umbulan sebanyak 6.000 liter/detik terus menyusut hingga tinggal 3.200 liter/detik.
"Hasil penelitian dan analisa kami dan Balai Besar Brantas wilayah Gembong-Pekalen, hingga Kamis (17/3) debit air Umbulan tinggal 3.200 liter/detik. Masalah ini harus ditanggulangi secara terpadu untuk mengembalikan debit air umbulan dengan debit seperti semula," kata Gunawan Wibosono, Hidrolog Universitas Brawijaya Malang.
Hal itu diungkapkan Gunawan, saat peringatan Hari Air se-Dunia di Umbulan, Selasa (22/3/2016). Puluhan pegiat lingkungan bersama wartawan, kalangan akademika dan instansi pemerintah hadir dalam peringatan tersebut.
"Penangangan secara terpadu untuk mengembalikan debit air Umbulan yakni dengan melakukan konservasi di daerah tangkapan air, yakni di kawasan Pegunungan Bromo," jelasnya.
Mahrus Solikin, pegiat lingkungan yang sering meraih penghargaan tingkat nasional maupunĀ internasional, menyampaikan, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber-sumber air.
"Bukan hanya sebatas pada upaya penyadaran saja. Tapi semua elemen masyarakat harus terlibat, terutama masyarakat di pinggiran hutan. Sejak tahan 1980-an saya mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk selalu menjaga hutan, agar air tetap lestari," ujar Mahrus.
Esti Andayani dari UPT Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) Gembong-Pekalen Jawa Timur, menyampaikan sumber air Umbulan merupakan sumber dengan kualitas air terbaik di dunia bersama sebuah sumber air di Perancis. "Anugerah ini harus dijaga agar tetap lestari," kata Esti.
Peringatan hari air di Umbulan diisi berbagai acara seperti tanda-tandan bersama di atas spanduk, tabur bunga ke kolam air dan orasi. (bdh/bdh)