Parade fashion dari bahan daur ulang bertajuk Green Recycle tersebut digelar sebagai pembuka Banyuwangi Festival 20 Maret mendatang, sebagai bentuk kampanye diet sampah plastik.
"Fashion berbahan dasar daur ulang ini adalah upaya Pemkab untuk mengguga kepedulian pada lingkungan. Tidak hanya fashion mainstream yang kita tampilkan, tapi pemilihan bahan recycle juga kita wajibkan. Plastik menjadi tema utama seiring dengan keinginan kita semua untuk terus mengurangi sampah plastik," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Selasa (15/3/2016).
Jika diamati, sambung Anas, banyak sampah di sekeliling kita atau sampah rumah tangga yang bisa didaur ulang. Semisal, kertas, plastik dan karung. Dengan menambah sedikit sentuhan kreativitas, sampah yang tidak berguna bisa menjadi produk baru dan memiliki nilai ekonomi.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Arief Setiawan, menambahkan, lewat ajang fashion tersebut, pihaknya bersama-sama masyarakat dan wisatawan ingin menunjukkan bahwa sampah juga bisa disulap jadi produk baru yang bernilai seni dan ekonomi.
Ditambah lagi kegiatan fashion ini bisa memantik semangat kreativitas anak muda Banyuwangi untuk lebih berkarya. Ratusan peserta, mulai dari pelajar TK, mahasiswa, hingga kalangan umum akan beradu kreativitas mendesain pakaian hasil daur ulang dari bahan sampah plastik, lalu menampilkannya di amphitheatre yang terletak tepat di bibir Pantai Boom.
Para peserta juga harus ikuti aturan dengan menampilkan 70 persen berbahan plastik dan 30 persen bahan daur ulang lainnya. Peragaan busana yang sudah digelar kali kedua ini digadang menjadi sarana edukasi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah.
"Jadi sarana kami menggaungkan recycling life style, para wisatawan dan masyarakat yang datang juga diajak untuk meminimalisasi produksi sampah. Ini sebagai edukasi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah," kata Arief. (fat/fat)