"Sejak ditutup 4 Desember tahun lalu hingga resmi dibuka tanggal 12 kemarin, kami kehilangan potensi 150 ribu pengunjung," kata Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) selaku pengelola wisata Bromo, Ayu Dewi Utari, Senin (14/3/2016).
Ayu merinci, jika harga tiket wisatawan domestik Rp 25 ribu, maka penerimaan negara bukan pajak kehilangan potensi pendapatan Rp 3,75 miliar.
"Itu hanya (kerugian) penerimaan negara bukan pajak, tidak termasuk kerugian pendapatan penduduk, seperti pedagang, pengelola hotel dan homestay, restoran, jeep, pemandu dan lain-lain. Bisa 10 kali lipat kalau ditotal," terangnya.
Kerugian paling nyata juga di sektor pertanian. Sebab, ribuan hektar lahan rusak akibat abu Bromo. Bromo ditutup sejak statusnya siaga, Jumat 4 Desember 2015. Kawasan wisata Bromo resmi dibuka 12 Maret 2016. (fat/fat)