"Sudah saya bicarakan dengan DKP, agar sampah bisa menjadi alat transaksi non tunai," ungkap Anton saat berada di Sentral Bank Sampah Malang di kompleks TPU Sukun Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Rabu (2/3/2016), sore.
Bukan hanya sekedar ingin berinovasi, Wali Kota akrab disapa Abah Anton ini telah menyiapkan konsep bagaimana rencananya itu terwujud. "Nanti kita coba untuk membeli sembako di pasar, sebelum bergerak di ritel atau unit usaha lain," ungkap Anton.
Dia mengaku, sudah memiliki angan-angan media yang digunakan bisa seperti kupon dengan nominal pecahan uang yang diinginkan. Atau bisa dibuat satu lembar kupon setara dengan nominal uang rupiah. "Bisa pakai kupon yang setara dengan uang yang mau dibelanjakan," aku dia.
Ditambahkan, kupon-kupon tersebut bisa diedarkan, karena pembeli memiliki tabungan di Bank Sampah Malang. Selama ini, warga yang menukarkan atau menjual sampah ke Bank Sampah Malang, banyak diantara hasilnya ditabung.
"Lihat ini tabungan warga cukup banyak, biasanya diambil kalau memasuki tahun ajaran baru atau lebaran. Sekarang, jika sudah bisa berjalan dapat digunakan untuk membeli bahan pokok," tambah Anton.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Erik Setyo Santoso turut mendampingi Anton langsung diminta segera mengaplikasikannya. Agar masyarakat dapat segera berbelanja dari hasil penjualan sampah.
"Bisa nanti dijalankan, bukan hanya di pasar, tetapi juga di ritel- ritel atau unit usaha semi modern tinggal kita membuat Mou-nya," terangnya terpisah.
Selama ini, selain dijual sebagai bahan baku. Sampah anorganik yang dimiliki Bank Sampah Malang digunakan juga untuk bahan baku kerajinan. Beragam tas berasal dari sampah bisa diproduksi oleh masyarakat.
"Ini dari sampah, dibuat tas dan bagus-bagus. Di sini, Bank Sampah membeli dan menjualnya kembali," ucap Abah Anton seraya melihat hasil kreativitas masyarakat di Sentral Bank Sampah Malang.
(fat/fat)