Wali Kota Malang Moch. Anton mengatakan, pengelolaan sampah di Kota Malang sudah menjadi proyek percontohan bagi daerah lain. Seperti bagaimana mengatasi sampah den
gan membangun Bank Sampah Malang (BSM), dan menggunakan sistem komposter. Hari ini, Anton mendatangi TPA Supit Urang, sentral Bank Sampah dan lokasi pengepakkan sampah organik sebagai persiapan digelarnya Indonesia Creative Cities Conferences (ICCC) akhir bulan nanti.
Pengelolaan sampah Kota Malang dikenal baik, akan ditinjau langsung kepala daerah se-Asean yang mengikuti kegiatan tersebut.
"Jadi pengelolaan sampah kita, sudah banyak diadopsi oleh daerah lain. Ini saya cek tidak berubah semua baik, nanti waktu ICCC mau dilihat tamu undangan yang hadir, jadi kita tidak bohong memang benar ada," ucap Anton saat melihat pengelolaan sampah dengan sistem pengepresan di Pasar Madyopuro, Rabu (2/3/2016).
Dia mengaku sistem pengelolaan sampah ini turut menjadi bagian dari pelayanan publik. Jika sampah sukses teratasi lingkungan sehat dan keberhasilan turut terjaga.
"Untuk pelayanan publik secara administrasi sudah berjalan baik, pengelolaan sampah turut menjadi bagiannya juga begitu," aku pria akrab disapa Abah Anton itu.
Di lokasi TPA Supit Urang, Anton mengecek bagaimana proses pemanfaatan gas metan. Setiap haro sebanyak 1600 kubik sampah didominasi sampah rumah tangga ditampung di TPA Supit Urang. Gas metan yang dihasilkan sudah dimanfaatkan untuk kebutuhan 508 kepala keluarga. "Nanti juga untuk pasokan listrik di kompleks TPA. Infratrukturnya sudah hampir selesai," jelasnya.
Setelah itu, Anton mengecek sistem operasi Bank Sampah berpusat satu kompleka dengan TPU Sukun. Bank Sampah sudah memiliki puluhan ribu unit tersebar di setiap RW se-Kota Malang. Semenjak Bank Sampah dihadirkan, banyak keuntungan didapatkan masyarakat, karena dengan membawa sampah anorganik. "Sampah didaur ulang menjadi berbagai macam kerajinan. Masyarakay bisa mendapatkan uang tabungan dari menjual sampahnya," beber politisi dari PKB ini.
Anton menginginkan, BSM maupun pengelolaan sampah organik sudah bisa dijalankan di lingkungan kerja Pemerintah Kota Malang. "Artinya bukan saja DKP melainkan semua pihak, seperti SKPD lain juga membuat di perkantorannya masing-masing," tuturnya.
Sampah organik sudah diolah, lanjut Anton, dimanfaatkan untuk pupuk di semua taman yang sudah direvitalisasi. Proses secara manual juga sudah berjalan di lembaga pendidikan. "Pupuk didapatkan dari sampah organik, untuk taman. Di sekolah-sekolah juga sudah berjalan," tegas Anton.
Namanya Wali Kota Anton tidak kaku hanya melihat bagaimana pengelolaan sampah organik di area Pasar Madyopuro. Anton tak segan ikut membantu petugas dalam memproses sampah menghasilkan pupuk tersebut.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Erik Setyo Santoso mengungkapkan, sesuai site plan awal, TPA Supit Urang hanya berlaku sampai tahun 2015. Setelah itu, pemerintah daerah harus membidik tempat baru atau perluasan lahan.
Namun dengan penggunaan sistem Bank Sampah serta komposter dalam pengelolaan sampah, hal itu bisa diantisipasi. "Karena sampah terus dikelola sesuai jenisnya. Bank Sampah berjalan dengan kita menjual hasil dikumpulkan kepada perusahaan yang membutuhkan bahan baku. Uang hasil penjualannya kemudian kita gunakan membeli sampah anorganik dari masyarakat," ungkapnya terpisah.
Dalam lawatannya Wali Kota turut mengajak Sekda Kota Malang Cipto Wiyono, Kadis DKP, serta DPUPPB.
(fat/fat)