"Suramadu sudah mendapatkan subsidi dari penggratisan roda dua dan membayar separuh untuk roda empat. Dan kami sama sekali tidak mendapatkan subsidi," ujar Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) Jatim Khoiri Soetomo kepada wartawan, Rabu (2/3/2016).
Jika dihitung, kata Khoiri, dari penggratisan roda dua saja, pemerintah menyubsidi sebesar sekitar Rp 105 juta setiap harinya. Dan untuk pembayaran separuh bagi kendaraan roda empat, pemerintah menyubsidi sekitar Rp 550 juta setiap hari.
"Suatu jumlah yang cukup banyak. Kalau saja sepertiga atau seperempat subsidi itu kami juga menerimanya, maka kami akan bertahan atau kerugian bisa kami tekan. Secara logika, pemerintah bisa mengeluarkan uang sebanyak itu untuk Suramadu, mengapa yang lebih sedikit tidak bisa untuk kami," kata Khoiri.
Tetapi itu hanyalah keinginan dari Gapasdap Jatim. Bila nantinya disubsidi, Gapasdap tak akan mengajukan syarat. Gapasdap akan menerima apakah subsidi itu berupa penggratisan tiket ataukah berupa biaya perawatan kapal.
Jika jadi disubsidi, maka status penyeberangan Ujung-Kamal nantinya otomatis akan berubah menjadi penyeberangan perintis. Namun hal itu sempat dikritik Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang mengatakan penyeberangan perintis seharusnya tidak ada di kota sebesar Surabaya.
Gapasdap Jatim boleh saja berharap, tetapi pada kenyataannya subsidi tersebut tak pernah ada meski berkali-kali permintaan itu disuarakan dan diajukan. Khoiri mengaku sudah berulang kali mengajukan permintaan subsidi ke Biro Hukum Kementerian Perhubungan, tetapi hasilnya nihil.
"Padahal dari Dinas Perhubungan dan Gubernur Jatim sangat mendukung adanya subsidi. Tetapi keputusan ada di pemerintah pusat," tambah Khoiri.
Keluhan Khoiri diakuinya sangat beralasan. Karena menurutnya sudah banyak transportasi massal yang disubsidi. Sebut saja kereta api, Bus Damri, penerbangan perintis Surabaya-Bawean, bahkan TransJakarta. Subsidi itu tidak sedikit, bahkan subsidi untuk TransJakarta jumlahnya mencapai miliaran rupiah.
Padahal yang menikmati subsidi tersebut, kata Khoiri, bukan semuanya orang tidak berpunya. Pengguna pesawat Surabaya-Bawean adalah orang berduit. Dan pengguna TransJakarta sebagian besar adalah para pegawai kantoran karena TransJakarta disubsidi dengan tujuan agar masyarakat bisa beralih ke angkutan massal.
"Kami juga adalah transportasi massal. Dan konsumen kami adalah orang biasa," tandas Khoiri.
(iwd/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini