Roda Empat Lewat Suramadu Bayar 50%, Penyeberangan Ujung-Kamal Merana

Roda Empat Lewat Suramadu Bayar 50%, Penyeberangan Ujung-Kamal Merana

Imam Wahyudiyanta - detikNews
Rabu, 02 Mar 2016 12:22 WIB
Foto: Imam Wahyudiyanta
Surabaya - Turunnya tarif Suramadu untuk roda empat atau lebih sebesar 50% menambah penderitaan penyeberangan Ujung-Kamal. Beban kerugian yang sudah ditanggung sejak Suramadu dibuka semakin memberatkan perusahaan penyedia jasa penyeberangan yang menghubungkan Surabaya-Madura itu.

"Kami sudah merugi sejak Suramadu dibuka," ujar Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) Jatim Khoiri Soetomo kepada wartawan, Rabu (2/3/2016).

Sejak Suramadu dibuka, kata Khoiri, 12 dari 18 kapal feri yang melayani penyeberangan Ujung-Kamal langsung hengkang. Mereka lebih memilih mencari lintasan lain yang memberikan keuntungan. Akhir tahun lalu, dua kapal juga turut hengkang.

"Sekarang ada empat kapal yang beroperasi, namun praktis hanya tiga kapal yang jalan karena satu kapal sedang rusak," lanjut Khoiri.

Empat kapal feri itu adalah dua kapal milik Angkutan Sungai Danau, dan Penyeberangan (ASDP), satu kapal milik PT Dharma Lautan Utama (DLU) dan satu kapal milik PT Jembatan Nusantara. Kerugian, kata Khoiri, adalah penyebab utama hengkangnya sebagian besar kapal. Perusahaan pemilik kapal feri sudah tidak kuat menahan beban operasional setiap harinya.

"Untuk PT ASDP saja kerugiannya mencapai Rp 8,5 miliar per tahun. Itu untuk tahun 2014 menurut pembukuannya yang sudah diaudit. Untuk dua perusahaan lain kerugiannya tak jauh beda," kata Khoiri.

Khoiri menambahkan, ada yang mengatakan bahwa jika mengalami kerugian, mengapa perusahaan penyedia jasa penyeberangan masih bisa melayani. Pertanyaan itu juga senada dengan pernyataan sinis yang menyatakan bahwa pengusaha hanya bisa bicara rugi saja, padahal masih terus melayani.

Mengapa tiga perusahaan masih bertahan melayani penyeberangan Ujung-Kamal? Khoiri menyebut bahwa ketiga perusahaan adalah perusahaan yang sehat, yang mempunyai kapal-kapal lain yang melayani lintasan dan penyeberangan lain. Subsidi silang adalah satu alasan mengapa tiga perusahaan masih mau melayani.

"Kalau 14 kapal lain langsung hengkang itu karena perusahaan pelayarannya tidak mempunyai atau hanya mempunyai kapal itu saja. Mereka tidak mau merugi. Kalau bertahan di (penyeberangan) Ujung-Kamal, perusahaan pasti bangkrut," terang Khoiri.

Dan satu lagi alasan mengapa dua dari tiga perusahaan tersebut masih melayani penyeberangan Ujung-Kamal adalah karena mereka memulai usaha dan menjadi besar serta berkembang dari lintasan tersebut. Ada sisi history yang perusahaan itu masih mau berkutat di lintasan Ujung-Kamal meski terus merugi.

Dua perusahaan itu adalah PT DLU dan Jembatan Nusantara. Sementara ASDP adalah BUMN atau kepanjangan tangan dari pemerintah untuk melayani penyeberangan tersebut.

"Semuanya tidak melulu soal uang dan untung. Ada sisi kenangan dari perusahaan yang masih mau melayani lintasan itu," pungkas Khoiri. (iwd/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.