Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang mencatat ada 34 titik wilayah rawan banjir 23 titik wilayah rawan longsor yang tersebar di 5 kecamatan Kota Malang.
Wilayah rawan banjir paling tinggi berada di Kecamatan Kedungkandang dan Kecamatan Sukun, masing-masing ada 8 titik. Disusul Kecamatan Lowokwaru ada 7 titik. Sedangkan Kecamatan Klojen hanya ada 5 titik rawan banjir. Titik rawan banjir paling sedikit di Kecamatan Kedungkandang hanya 4 titik.
Sementara untuk titik rawan longsor rinciannya, 4 titik di Kecamatan Blimbing, 7 titik di Kecamatan Kedungkandang, 7 titik di Kecamatan Sukun, 3 titik di Kecamatan Klojen, dan 2 titik di Kecamatan Lowokwaru.
Kepala BPBD Kota Malang Hartono, mengatakan kini sudah melakukan beberapa langkah tindakan yang dilakukan Tim BPBD. Diantaranya melakukan pembuatan sudetan bersama tim relawan untuk longsor di Tanjungrejo yang mengakibatkan terganggunya arus sungai.
"Kami (tim BPBD) juga sangat mengharapkan semangat gotong royong dari warga kota, karena personil tim juga mobil atas laporan laporan kejadian lainnya. Hari ini laporan kejadian yang masuk ada di Kasin, Pisang Candi (atap rumah roboh) dan sekitar pasar Besar adanya gorong gorong tersumbat yang mengakibatkan luberan air ke jalanan," ujar Hartono, Selasa (1/3/2016).
Sementara Walikota Malang Anton mengajak warga untuk mengaktifkan kembali kerja bakti. Menurut dia, kerja bakti setidaknya bisa membantu pencegahan meluapnya drainase maupun gorong-gorong.
"Kami harapkan masyarakat bisa rutin lagi kerja bakti. Setiap akhir pekan, bisa sore, malam. Saya yakin bisa membantu mengatasi banjir," terang Anton terpisah.
Dia mengingat dulu, ketika kerja bakti rutin digelar. Lingkungan bisa menjadi bersih karena warga turut peduli. Hal ini juga mendukung upaya pemerintah daerah untuk mengatasi banjir.
"Dulu sering ada kerja bakti. Ayo kita galakkan lagi, ini bukan untuk siapa siapa, tetapi demi lingkungan yang sehat dan terhindar dari bencana," tegas politisi dari PKB ini.
Anton juga berpesan supaya masyarakat mengubah perilaku dengan membuang sampah pada tempatnya. "Selain faktor alam, faktor manusia atau kita sendiri juga harus jadi perhatian. Karena banjir kadang disebabkan oleh perilaku kita yang abai, seperti buang sampah sembarangan, selokan dibiarkan macet, atau menempati wilayah DAS tanpa memperhatikan keselamatan," ujar Abah Anton begitu akrab disapa.
Dia mengaku, ada beberapa langkah yang dilakukan, diantaranya mengembangkan sumur injeksi dan menggencarkan gerakan menabung air (gemar).
"Untuk sumur injeksi merupakan temuan hasil riset dari Universitas Brawijaya dan telah mendapat sokongan dari CSR BRI sehingga diantaranya telah dikembangkan di daerah Bareng yang termasuk daerah rawan banjir," tutup Anton.
(fat/fat)