Imron (50), tukang becak asal Kedungkandang, Kota Malang, mengaku tidak sabar menerima pemberian paket sembako dari Wali Kota Anton dan istrinya Dewi Farida Suryani.
"Katanya akan dapat paket sembako tadu, ternyata benar dapat," ucap Imron bersyukur.
Imron berharap, pemberian paket sembako ini berlangsung rutin. Karena, dinilai akan sangat membantu kebutuhan hidupnya bersama istri dan anak-anaknya.
"Sangat membantu, makanya harus sering," katanya sambil membawa bungkusan tas plastik besar berisi sembako.
Senada juga disampaikan Junaidi (52), pengayuh becak asal Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Junaidi biasa mangkal di seputaran Stadion Gajayana itu harus meninggalkan tempat mangkalnya agar bisa menghadiri undangan Wali Kota Anton.
"Tadi berangkat dari mangkal, nanti langsung pulang. Cukup lumayan bisa bantu. Kalau bisa sering diberi seperti ini," ungkapnya terpisah.
Ada 1.000 pengayuh becak yang diundang untuk mendapatkan paket sembako dari wali kota. Anton mengaku, sembako dibeli dari gaji yang dikumpulkan selama satu tahun. "Ini dari gaji saya setahun, niat dari awal memang mau saya berikan kepada masyarakat," ujar Anton terpisah.
Dia menyebut, belum semua pengayuh becak diundang. Keterbatasan dana yang terkumpul memaksa harus menyesuaikan. Padahal, masih ribuan pengayuh becak yang menggantungkan nasib di Kota Malang. "Memang belum semua, karena iya itu dari jumlah yang terkumpul," sebutnya.
Dikatakan, bahwa tukang becak yang diundang. Mereka yang belum sempat dirinya temui ketika sambang rasa atau blusukan ke kampung-kampung. "Mereka juga yang belum bisa saya temui saat sambung rasa," tutur Anton kepada wartawan.
Di hadapan tukang becak, Anton mengajak mereka turut menjadi bagian dari memajukan Kota Malang. Dirinya, berpesan agar para tukang becak tidak menaikkan harga hingga dikeluhkan warga. "Tolong jangan naikkan harga. Alun-alun bagus, pasti banyak yang berkunjung. Jadi jangan dinaikkan harganya," pesan Anton. (fat/fat)