Pada tahun 1980 hingga 1990-an, lokalisasi ini bernama Joboan. Di lokalisasi seluas 3 hektar ini berdiri belasan wisma yang dikelola 17 mucikari. Ratusan pekerja seks komersial dari berbagai kota mencari nafkah di tempat itu.
![]() |
Kejayaan lokalisasi tersebut akhirnya runtuh di tangan Walikota Probolinggo HM Buchori. Lokalisasi Joboan resmi ditutup pada tahun 2004.
Walikota pada saat itu pun berupaya merubah kawasan merah menjadi ruang terbuka hijau. Dan setelah berkembang, akhirnya menjadi tempat wisata Studi lingkungan.
Saat ini, Taman Wisata Studi Lingkungan tak hanya dipenuhi pepohonan, namun juga ada beberapa koleksi binatang, seperti komodo, singa, kera, buaya dan masih banyak lagi. Maka tak jarang warga sering menyebut tempat tersebut sebagai kebun binatang mini.
![]() |
Menurut Yuliati, salah satu pengunjung TWLS, saat ini taman edukatif ini lebih bermanfaat bagi warga.
"Menurut saya sangat bermanfaat, karena sampai sekarang warga masih berduyun mengunjungi TWSL ini," ungkapnya.
Sementara Rukmini, Walikota Probolinggo saat ini yang juga merupakan istri HM Buchori menyatakan usai lokalisasi ditutup, para pekerja seks komersial diberi pelatihan dan bekerja di pabrik garmen.
![]() |
"Mereka tetap diberi pekerjaan, agar mereka para PSK tetap mempunyai masukan, dan keahlian yang baru serta mandiri," ungkap Rukmini, Kamis (25/2/2016).
Saat ini, sekitar 200 satwa dari spesies mamalia, avest, reptil dan puluhan flora dan fauna memenuhi tempat wisata tersebut.
![]() |
Eksistensi TWSL pada tahun 2012 mendapat predikat Hutan Kota TWSL terbaik se-Jawa Timur, dan mendapat penghargaan dari perhimpunan kebun binatang se-Indonesia, karena berhasil melestarikan keanekaragaman hayati. (bdh/bdh)