"Biasanya permintaan sirip hiu melonjak jelang imlek di sana," ujar Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Surabaya 2 Haristanto di Terminal Petikemas Surabaya (TPS), Kamis (28/1/2016).
Haristanto mengatakan bahwa memakan sirip hiu di negara-negara Asia Timur merupakan sebuah tradisi saat imlek. Di sana, kata Haristanto, memakan mmakanan bermenu sirip hiu dipercaya bisa meningkatkan vitalitas dan meningkatkan gengsi sosial.
Karena itulah, lanjut Haristanto, eksportir bisa nekat mengirim sirip hiu yang diaku bukan sebagai sirip hiu. Selain pasti laku, keuntungan yang didapat juga menggiurkan.
Harisanto mengatakan, sirip hiu setidaknya bisa dihargai Rp 1 juta per kg nya. Nominal itu jauh lebih besar dari perut ikan beku (frozen fish maw) yang diaku sebagai sirip hiu oleh eksportir.
"Kalau perut ikan sih harganya tidak sampai Rp 100 ribu per kg nya," kata Haristanto.
Dan jumlah perburuan ikan hiu diaku Haristanto memang meningkat menjelang imlek. Padahal hiu adalah salah satu hewan yang dilindungi akibat terus diburu. Meski dikirim lewat Surabaya, namun Haristanto menduga bahwa pengepul sirip hiu ini berada di luar Surabaya.
"Dugaan kami ada di Situbondo dan Bali," tandas Haristanto.
Sebanyak 20 ton sirip ikan hiu digagalkan penyelundupannya oleh Bea Cukai Tanjung Perak. Modus yang digunakan adalah memalsukan dokumen dengan mengatakan bahwa barang ekspor tersebut adalah perut ikan beku. (fat/iwd)