"Kondisi kejiwaan mereka hampir stabil. Tinggal membina wawasan kebangsaan dan keagamaan. Karena brain wash yang dilakukan Gafatar sudah akut," ujar Kepala Dinsosnakertrans Banyuwangi, Saiful Alam Sudrajat, kepada detikcom, Rabu (27/1/2015).
Menurut Alam, wawasan kebangsaan para eks Gafatar ini sudah menyimpang. Hampir sama dengan komunis. Mereka berkumpul bersama dan melakukan pekerjaan bersama. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan. Pembinaannya, kata Syaiful Alam, akan dilakukan besok, Kamis (28/1).
"Wawasan kebangsaan dan ideologi Pancasila menjadi menu utama pembinaan. Karena faham mereka sudah jauh menyimpang. Dari MUI akan membina secara agama," pungkas Alam.
Saat ini 18 eks anggota Gafatar berada di penampungan sementara di rumah Aman Loka Bina Karya (LBK) Paca, Jalan Brawijaya Gang Garuda Banyuwangi. Mereka terdiri dari 4 laki-laki, 3 perempuan dan 11 anak-anak.
Sementara Paeno Hadi Susanto, salah satu eks Gafatar, warga Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Pesanggaran mengaku tertarik dan bergabung Gafatar sejak tahun 2011. Sejak itu, dirinya aktif menjadi pengurus Gafatar. Bahkan dirinya sempat ingin membuka cabang Gafatar di Banyuwangi. Dan Gafatar sudah melakukan bakti sosial di wilayah Kecamatan Cluring.
"Kita lebih sosial dan tidak ada ajaran agama yang menyimpang. Ormas saja. Bahkan ada AD/ART-nya. Di sana kita melakukan aktivitas bersama. Ini kebersamaan dan sosial," ujar Paeno kepada detikcom.
Paeno mengaku "hijrah" ke Mempawah, Kalimantan Barat, sejak 24 Oktober lalu. Paeno menjual seluruh hartanya untuk ikut bersama dengan rekan-rekan Gafatar-nya pergi ke Kalimantan.
"Kita di sana mengolah lahan seluas 43 hektare bersama. Selain bertani kita beternak. Ada sapi dan ayam," pungkas pria yang dulunya menjual makanan ringan di sekolah. (fat/fat)