Penipu itu adalah Yuliani, warga Purwoasri, Kediri. Setidaknya sudah ada 35 orang yang melapor yang pernah ditipunya. Aksi Yuliani ini dilakukannya sejak Juli 2015.
"Tersangka pernah bekerja sebagai tenaga harian lepas di Kostrad, Jakarta," ujar Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya Kompol Lily Djafar kepada wartawan, Rabu (20/1/2016).
Lily mengatakan, untuk menjaring korban, Yuliani memasang foto dirinya menggunakan seragam tentara di facebook. Ada banyak foto yang dipasang, termasuk foto dirinya yang berpangkat sersan satu (sertu) berpose bersama tentara-tentara lain. Di facebook itu pula, perempuan 31 tahun itu mengobrol dengan orang-orang yang berteman dengannya.
Kepada teman-temannya di facebook, Yuliani menginformasikan bahwa ada lowongan pekerjaan sebagai polsuska PT KAI Daops 8 Surabaya dan karyawan BI. Kepada mereka pula Yuliani dengan status dirinya sebagai tentara, mampu memasukkan bagi mereka yang berminat. Tentu saja banyak yang merespon tawaran itu. Namun Yuliani mengajukan syarat.
Agar bisa diterima sebagai polsuska, mereka harus membayar Rp 3 juta. Sementara bagi yang berminat menjadi karyawan PT BI, maka harus membayar Rp 1,7 juta. Padahal menurut keterangan PT KAI, perekrutan untuk polsuska sudah ditiadakan sejak Februari 2015. Setelah itu, tugas pengawalan kereta api dilakukan oleh unsur TNI dan Polri.
Salah satu modus lain adalah mengajak teman-teman kosnya. Karena itu janda dua anak ini kerap berpindah kos. Setelah seminggu tinggal di kos baru, Yuliani lalu bergerilya mencari mangsa di kos nya tersebut. Yuliani diketahui pernah kos di Siwalan Kerto dan Jemur Ngawinan.
"Uang yang disetor korban bisa ditransfer atau bertemu langsung dengan tersangka," lanjut Lily.
Dari para korbannya, Yuliani sudah mendapatkan sekitar Rp 58 juta. Uang itu diaku Yuliani sudah habis digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. "Saat ini sudah ada 35 korban yang melapor ke kami. Diduga masih ada korban-korban lain," tandas Lily. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini