Dari pantauan di lokasi, kondisi kantor kosong dan dikunci. Namun, di samping rumah ada papan bertuliskan Gafatar Lamongan. Satpam sebuah lembaga pembiayaan yang lokasinya bersebelahan dengan bekas kantor Gafatar, Subeki mengaku sepengetahuannya penyewa rumah bernama Muhammad Miftah. Miftah, kata Subeki, dikenal sebagai orang yang pintar elektronik dan dikenal sebagai tukang servis lampu bekas.
"Pak Miftah orangnya tidak tertutup, di sini servis lampu bekas-bekas dan orangnya ngerti elektronik," ungkapnya.
Sekitar setahun lalu, Miftah yang menjadi penghuni rumah sudah pindah dan pamit ke kalimantan. Namun, usai ditinggal Miftah, rumah ini masih tetap dipakai untuk aktivitas Gafatar. "Terakhir sekitar 6 bulan lalu sekitar musim kemarau masih dipakai aktivitas," tuturnya.
Tetangga sekitar rumah itu, sambung Subeki, memang mengetahui bahwa di rumah itu dijadikan kantor Gafatar. Jika sedang berkumpul, kata Subeki, semuanya memakai kaos Gafatar dan juga ada bendera Gafatar. Ya kita tahu semua kalau Gafatar di sini kantornya," jelasnya.
Subeki mengaku, dirinya sempat menanyakan terkait Gafatar. Miftah hanya menjawab jika Gafatar adalah organisasi sosial. Menurutnya, anggota Gafatar sering kali membawa mesin pemotong rumput saat berkumpul di kantor Gafatar.
Warga, menurut Subeki, tidak menaruh curiga dengan kegiatan ormas itu. Namun mereka curiga dengan sikap mereka saat melakukan pertemuan. "Sabtu-Minggu kumpul, tapi tidak tahu kumpul apa soalnya tertutup. Kalau meeting tertutup, pintu tertutup," pungkasnya. (fat/fat)