Banyak Orang Hilang, ini Tanggapan Eks Pengurus Gafatar Jawa Timur

Banyak Orang Hilang, ini Tanggapan Eks Pengurus Gafatar Jawa Timur

Rois Jajeli - detikNews
Rabu, 13 Jan 2016 19:51 WIB
Foto: Rois Jajeli
Surabaya - Banyak orang dilaporkan hilang diduga ikut bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Menanggapi kabar tersebut, ini tanggapan eks pengurus Gafatar Jawa Timur. Dia menilai itu keputusan dari masing-masing pribadi, karena Gafatar sudah bubar.

"Tanggapan saya bahwa Gafatar sudah bubar, karena masing-masing orang hilang atau meninggalkan tugas dan keluarganya itu urusan pribadi masing-masing," kata eks Ketua Bidang Kesehatan Gafatar Jawa Timur dr Budi Lesmono kepada wartawan di Surabaya, Rabu (13/1/2016).

"Mungkin mereka yakin dengan aqidahnya masing-masing, sehingga mereka lebih senang meninggalkan tugas utama dan keluarganya," tuturnya.

Gafatar didirikan sekitar 50 orang diantaranya Ahmad Musadeq (Nabi palsu) pada tahun 2011. Selang berjalan sekitar 4 tahun, sekitar 10.000 orang secara nasional ikut menjadi anggota Gafatar. Dari jumlah tersebut, sekitar 945 orang berasal dari Jawa Timur.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam dan paru di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur ini mengatakan, Gafatar bukan organisasi masyarakat (ormas) Islam atau keagamaan.

"Gafatar tidak berbicara masalah agama. Akan tetapi sesuai petunjuk Tuhan Yang Maha Esa melalui kitab-kitab sucinya sebagai pedoman kita untuk menuntut hidup kita di muka bumi," tutur dr Budi yang didampingi Riko, eks Ketua Gafatar Kota Surabaya.

Gafatar, kata dia bukan ormas keagamaan, namun lebih banyak bergerak di bidang kegiatan sosial dan budaya. Selain itu melakukan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan untuk menyongsong krisis pangan yang akan terjadi. Sehingga mencari daerah yang luas dan subur untuk berternak, bertani, berkebun, yakni di daerah Kalimantan.

"Kalau yakin silahkan berangkat. Kalau tidak silahkan tinggal," tuturnya sambil menambahkan, bahwa kegiatan sosial itu tidak ada tarikan dengan besaran dana tertentu.

"Tidak ada ketentuan yang pasti. Itu ikhlas dan sukarela," jelasnya sambil menambahkan, tidak ada kaderisasi di Gafatar. bagi masyarakat yang ingin bergabung dengan Gafatar, itu berdasarkan keyakinannya masing-masing dan tidak ada pembaitan.

Sementara Rico, eks Ketua Gafatar Kota Surabaya menambahkan, Gafatar didirikan karena melihat kondisi mental masyarakat Indonesia yang rusak, banyak terjadi korupsi, dan mengajak semua elemen bangsa untuk bergabung dan mengabdikan diri di negeri ini.

"Kita banyak aksi-aksi sosial, renovasi rumah. Kita sebagai pancingan untuk mengajak elemen negeri ini bergotong royong kembali," ujarnya.

Selama berdiri tahun 2011, pengurus Gafatar sudah berusaha mengajukan Surat keterangan terdaftar (SKT) dari Kementerian Dalam Negeri. Namun, hingga Tahun 2015 Kemendagri tidak mengeluarkan SKT, sehingga organisasi ini dibubarkan.

"Pembubaran organisasi ini membuktikan bahwa kita adalah organisasi yang positif dan patuh terhadap hukum yang berlaku. Saya prihatin dengan hasil kerja keras dulu, sekarang dikatakan seperti itu," tandasnya. (roi/fat)
Berita Terkait