Sebagian penderita telah berobat ke Puskesmas setempat, sebagian memilih mengobati dengan obat tradisional. Penyakit karena gigitan nyamuk ini terjadi secara bergantian di Desa Moyoketen. Setelah sejumlah penderita sembuh, tidak lama berselang muncul penderita baru.
Sejak dua minggu terakhir, penderita chikungunya di desa ini terus bertambah. Bahkan tak jarang chikungunnya menyerang satu keluarga.
Salah seorang penderita, Jurianto mengatakan keluarganya juga terserang penyakit tersebut. Ia sendiri merasakah suhu tubuhnya panas-dingin, lemas, serta tulang persendian ngilu.
"Sakit ini sudah saya rasakan kurang lebih dua minggu. Awalnya panas dingin, mengigil, dan semua tulang terasa sakit, terutama bagian kaki dan lengan. Untuk di rumah saya, ada dua orang yang terkena chikungunya hampir bersamaan, saya dan anak saya," kata Jurianto kepada wartawan di rumahnya, Kamis (7/1/2016).
Menurut Kepala Desa Moyoketen, Suyoto, munculnya wabah chikungunya ini, selain banyaknya semak belukar di dekat rumah warga, juga karena Desa Moyoketen kawasan sentra budidaya tanaman belimbing. Sehingga dimungkinkan nyamuk banyak bersarang di kebun blimbing yang jarang dibersihkan.
"Kalau di desa ini, tidak ada selokan yang macet. Tapi banyak kebun blimbing dan semak belukar yang tidak dibersihakn. sehingga nyamuk senang dengan tempat seperti itu," jelas Suyoto.
Meski wabah chikungunya semakin meluas, namun Dinas Kesehatan setempat belum melakukan fogging atau pengasapan secara merata.
"Dengan semakin meluasnya wabah chikungunya ini, warga berharap fogging tidak hanya dilakukan di jalan dan di dalam rumah warga. Tapi juga di kebun-kebun blimbing, biar nyamuknya mati semua," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini