Pakde Jarwo pun ingin agar konsep pengelolaan kampung Majapahit seperti di Gili Trawangan, Lombok, NTB. Pembangunan Kampung Majapahit yang menelan anggaran Rp 16,3 miliar baru menyentuh 3 desa di Kecamatan Trowulan. Yakni Desa Bejijong dengan 200 rumah Majapahit, di Desa Sentonorejo berdiri 46 unit, dan di Desa Jatipasar saat ini telah berdiri 50 unit rumah Majapahit.
Sayangnya, ratusan rumah bergaya kuno itu sampai saat ini belum jelas pemanfaatannya. Tak sedikit yang dimanfaatkan warga untuk toko kelontong, warung kopi, hingga kios bensin. Tak sedikit pula yang dibiarkan begitu saja seperti rumah tak berpenghuni.
Padahal konsep awal pembangunan rumah Majapahit ini salah satunya sebagai penunjang keberadaan objek wisata sejarah di 3 desa tersebut. Seperti menjadi homestay wisatawan dan rumah kerajinan dan kuliner khas Majapahit.
Menanggapi hal itu, Pakde Karwo yang didampingi Kepala Disbudpar Provinsi Jatim dan Pj Bupati Mojokerto berharap kampung Majapahit di Trowulan menjadi destinasi wisata andalan di Jawa Timur. Salah satu konsep yang dicetuskan adalah bakal menjadikan kampung Majapahit sebagai pusat kuliner dan suvenir khas Majapahit.
"Kuliner khas Majapahit yang sudah ditemukan pak bupati tinggal diumumkan saja. Nanti wisatawan bisa mampir untuk menikmati kuliner tersebut. Kemudian setahun dua kali ada ruwatan di desa ini (Desa Bejijong)," kata Pakde Karwo.
Di samping konsep pengelolaan, lanjut Pakde Karwo, konsep untuk menjaga keasrian lingkungan di Kampung Majapahit juga tak kalah penting. Dia meminta kepada Pemkab Mojokerto yang diberi kewenangan sebagai pengelola agar mengadopsi konsep pengelolaan di wisata Gili Trawangan.
"Pemkab harus menyiapkan tempat parkir. Pengunjung masuknya seperti di Gili Trawangan memakai dokar, bukan bus agar udaranya tetap segar. Kemudian dinas kehutanan agar menanam besar-besaran pohon Mojopahit, Sri Gading dan macam-macam," ujarnya.
Pengelolaan dan strategi promosi yang profesional, menurut Pakde Karwo tak hanya akan menarik wisatawan di Jatim. Namun juga bakal menarik kunjungan para wisatawan dari luar Jatim yang tiap tahunnya mencapai 45 juta orang.
"Tahun 2014, orang masuk ke Jawa Timur 45 juta, tahun 2015 48,5 juta. Nah ini orang kemampuan membelanjakan naik. Sehingga dia harus diarahkan ke tempat ini," tandasnya.
Dikonfirmasi pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto Didik Chusnul Yakni menambahkan, tahun ini pihaknya baru akan mendata rumah majapahit yang memiliki kamar lebih pada rumah induknya. Upaya itu untuk mewujudkan pemanfaatan rumah Majapahit sebagai homestay bari para wisatawan.
"Kami akan inventarisir rumah-rumah yang mempunyai kamar lebih untuk menjadi homestay. Pemilik rumah akan kami berikan prioritas untuk edukasi pengelolaan homestay," cetusnya.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini