Wisatawan rata-rata mengetahui status siaga dan radius aman 2,5 Km dari kawah gunung. Banyak mereka yang sengaja datang ingin melihat asap tebal sebagaimana yang mereka ketahui dari pemberitaan.
"Saya sudah bayangkan melihat sunrise dan kepulan asap tebal dan tinggi. Pasti sangat indah," kata Andik, pengunjung asal Madura.
Namun sayang, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pagi ini berkabut. Hawa dingin menusuk tulang. Pandangan terhalang ke sejumlah arah.
Praktis sunrise tak terlihat sama sekali. Perhatian pengunjung pun kemudian tertambat pada kawah Bromo yang mengeluarkan asap tebal dan tinggi.
Meski pandangan ke kawah juga beberapa kali tertutup kabut, namun keindahannya saat tampak jelas bisa sedikit mengobati sesal.
![]() |
"Sayang sekali sunrise tak tampak, tapi pemandangan asapnya mantab," ujar Husen, pengunjung lain.
Solikin, seorang pengemudi hardtop mengatakan, sejak diberlakukan status siaga dan kawasan kawah dan lautan pasir ditutup, kunjungan wisatawan terkikis. "Sejak ditutup ya baru sekitar 5 hari ini mulai ada pengunjung," katanya.
Suasana di lautan pasir sangat senyap. Tidak ada hilir mudik hardtop, tidak ada derap kaki kuda. Kawasan kaldera seperti kota mati. Padahal, saat kondisi normal apalagi saat hari libur, kawasan ini dijibuni ribuan wisatawan.
Kawasan Penanjakan dan Tosari secara umum aman dari abu vulkanik Bromo. Tidak ada warga yang terpapar abu mengandung silica dan belerang tersebut. (fat/fat)