Cantiknya Karnaval Fashion Berkonsep Kekayaan Laut di Situbondo

Cantiknya Karnaval Fashion Berkonsep Kekayaan Laut di Situbondo

Ghazali Dasuki - detikNews
Minggu, 18 Okt 2015 18:15 WIB
Foto: Ghazali Dasuqi
Situbondo - Karnaval fashion menyemarakkan perayaan tahun baru hijriyah digelar di Situbondo, Minggu (18/10/2015). Best Situbondo Carnival (BSC) tahun 2015 kali ini mengusung tema 'Asapo' Ombe' atau berselimut ombak.

Tema tersebut untuk menggambarkan kekayaan laut yang dimiliki Kabupaten Situbondo. Sedikitnya 150 peserta tampil berlenggak-lenggok di atas catwalk jalan raya sepanjang sekitar 2 KM di pusat kota Situbondo.

"BSC kali ini kami sengaja mengusung tema asapo' ombe', karena potensi kekayaan laut di Situbondo memang cukup luar biasa. Dengan kekayaan laut yang dimiliki, ke depan kami harap Situbondo bisa menjadi kabupaten yang hebat," kata PJ Bupati Situbondo, H Zainal Muhtadien.

Fashion on the street BSC dengan tema asapo' ombe' dibagi dalam 6 konsep fashion yang ditampilkan oleh para peserta. Masing-masing, konsep rato saghere (ratu laut), konsep betho karang (batu karang), sasandhing (sesajian), jering (jaring), jukok (ikan), dan konsep perao (perahu). Peserta BSC melakukan defile sesuai dengan konsep fashion yang diusungnya.

Pengamatan detikcom, BSC 2015 mengambil garis start dan finish di Alun-alun Situbondo. Begitu dilepas, tiap peserta langsung menampilkan koreografi sesuai dengan tema fashion yang dikenakan.

Tampilan di depan para juri ini dilengkapi dengan iringan pembacaan narasi-narasi pendek, yang dilengkapi dengan ayat-ayat al-Qur'an hingga lebih khidmat dan memukau. Sesekali aroma kemenyan juga terdengar, hingga membuat suasana menjadi sedikit sakral.

"Selain mengusung tema tentang kekayaan laut, kami juga menekankan agar busana peserta untuk tetap bernuansa islami. Sebab BSC ini dalam rangka perayaan tahu baru hijriyah," tandas Kelapa Dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda dan Olah Raga Situbondo, Tulus Priatmadji.

Sayangnya, pelaksanaan BSC 2015 ini diwarnai kejadian tidak mengenakkan. Para fotografer yang hendak memotret momen-momen dalam BSC konon diharuskan membeli i'd card seharga Rp 50 ribu. Kontan saja, kebijakan itu membuat sejumlah fotografer jadi mengeluh.

"Biaya BSC ini terbatas, hanya Rp 200 jutaan. Kalau kita bandingkan dengan di tempat yang lain, itu ada yang sampai Rp 1,5 M. Jadi kita pasrahkan kepada EO, silahkan. Dengan catatan, EO itu hanya menertibkan karena memang kekurangan biaya," tukas Tulus. (ugik/ugik)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.