Tanpa malu-malu, mereka memamerkan pakaian khas yang dipakai di depan dewan juri dan penonton. Namun ada juga yang menangis di atas panggung karena grogi dilihat penonton.
Ketua Panitia Pemilihan Jebeng Thulik Cilik 2015, Jatmiko menuturkan, ajang fashion show digelar tiap tahun oleh Paguyuban Jebeng Thulik (PJT) Banyuwangi. Ini bertujuan untuk mengenalkan secara dini pakaian khas Banyuwangi, kepada anak-anak usia dini.
"Mulai dari batik khas Banyuwangi, udeng, sewek dan aksesoris khas Banyuwangi kita kenalkan kapada anak usia dini. Ini program dari PJT untuk sosialisasi pakaian khas Banyuwangi," ujarnya kepada detikcom, saat ditemui di Gedung Wanita Banyuwangi.
Menurutnya, sosialisasi pakaian khas ini tidak hanya kepada anak usia dini. Namun juga kepada orang tua dan perias yang ada di Banyuwangi.
"Secara otomatis orang tua dan perias harus tau apa saja pakem dari pakaian khas Banyuwangi. Jika salah dalam satu item saja ya tidak bisa menang," pungkas Jatmiko.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, M.Y Bramuda mengapresiasi program PJT ini. Menurutnya, sosialisasi dalam bentuk perlombaan ini, sangat membantu Pemkab Banyuwangi dalam mengenalkan baju khas.
"Kita dibantu generasi muda Banyuwangi ini dalam hal mengenalkan budaya busana Banyuwangi. Kita terus dorong kegiatan ini," ujarnya kepada detikcom.
Pria yang biasa dipanggil Bram ini, menambahkan, saat ini penggunaan pakaian khas Banyuwangi sudah mulai diterapkan. Mulai dari acara seremonial dan acara budaya, Pemkab Banyuwangi berencana mewajibkan penggunaan pakaian khas Banyuwangi.
"Kita sudah coba terapkan acara resmi harus pakai baju Jebeng Thulik," pungkasnya.
(fat/fat)











































