Para pedagang tak lagi mau menempati lapak di dalam karena beralasan sepi pembeli akibat menjamurnya pedagang di depan pasar yang menyewa emperan rumah warga ataupun di tepi jalan umum.
Di dalam pasar yang dikelola PD Pasar Surya Jaya, pedagang memang dikenakan iuran untuk kebersihan dan sampah. Nilainya tergantung masing-masing pasar dan jenis dagangan.
Seperti halnya penjual sayur dikenakan biaya Rp 46 ribu setiap bulannya. Sementara pedagang di luar pasar juga tidak gratis. Mereka ada yang berjualan di depan rumah warga atau di lahan kosong tergantung kesepakatan antara pedagang dan si pemilik lahan.
Namun memang rata-rata sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 150 ribu setiap bulannya. Memang lebih mahal jika dibandingkan di dalam pasar. Namun pedagang di luar pasar lebih bisa bernapas karena pendapatan di luar pasar jauh lebih banyak jika dibandingkan di dalam.
Salah satu pedagang yang 'kapok' jualan di dalam pasar dan akhirnya hijrah ke luar pasar adalah Halimah. Pedagang yang sudah 8 tahun menekuni usahanya mengaku sempat jualan di dalam pasar namun akhirnya harus menyerah dengan kenyataan, sepi.
"Cuma bertahan 5 hari saja, ya gimana nggak ada yang beli. Lebih enak di sini (luar pasar). Warga gampang belinya kalau dipinggir jalan," kata Halimah, pedagang di depan Pasar Kupang Gunung, Jumat (27/3/2015).
Untuk jualan di depan pasar, tidak gratis. Agar tidak dianggap liar, ia pun harus merogoh kocek. Halimah bernegosiasi dengan si pemilik rumah untuk menyewa lahan depan agar dapat dipakai berjualan ayam potong. Akhirnya setelah setuju, ditetapkan harga sewa sebesar Rp 100 ribu per bulan.
Halimah tidak keberatan dengan permintaan si pemilik rumah. Tiap harinya ia dapat dengan mudah mendapatkan pembeli. Jika dibandingkan dengan di dalam pasar, ia mengaku pendapatannya sekarang lebih meningkat dua kali lipat dibandingkan ketika dirinya berjualan di dalam pasar.
"Ya mending di luar, daripada di dalam belum tentu ada yang beli," pungkas wanita paruh baya ini.
(gik/fat)