"Pemerintah daerah secepatnya untuk segera mendistribusikan raskin. Penyaluran raskin ini bisa menekan harga beras di pasaran, karena pintu bagi spekulan akan semakin sempit," ujar Ketua Umum HIPMI Jatim Giri Bayu Kusumah, Selasa (3/3/2015).
Giri mengatakan, lonjakan harga beras disebabkan berbagai faktor seperti, molornya masa panen raya akibat pengaruh iklim-yang musim hujannya terlambat datang. Lonjakan harga beras juga tak lepas dari situasi psikologi pasar, serta permainan pedagang beras besar atau spekulan.
"Jika ada operasi pasar, kita berharap tepat sasaran," terangnya.
Ahmad Adisuryo menambahkan, untuk menyelesaikan gejolak harga beras, serta menjamin kesejahteraan petani padi, yakni meningkatkan harga pembelian pemerintah. Saat ini, harga gabah kering panen (GKP) Rp 3.300, gabah kering giling (GKG) Rp 4.200 dan harga beras Rp 6.600.
Wakil Ketua Hipmi Jatim Bidang Agrobisnis, pertanian, peternakan dan perikanan ini berharap, pemerintah mendongkrak HPP gabah dan beras petani sesuai dengan Inpres Nomor 12 Tahun 2012. "Kita harapkan setidaknya setiap jenis bisa dinaikkan 15 persen," tutur Adisuryo.
"Juga perlu insentif bagi petani agar lebih giat menanam padi. Karena saat ini kecenderungan alih tanaman pangan ke holtikultura, yang dinilai hasil investasinya lebih menjanjikan," terangnya sambil menambahkan, banyak anggota Hipmi yang beralih dari menanam padi ke hortikultura khususnya buah-buahan.
"Perlu ada win-win solution yang menguntungkan petani dan tidak membebankan konsumen, serta impor beras tak diperlukan lagi," tandasnya.