Kapolsek Mojoanyar AKP Sumar mengatakan, kecelakaan ini terjadi sekitar pukul 05.30 Wib. Saat itu korban berjalan menyeberangi perlintasan kereta api dari rumahnya hendak menuju ke sawah yang berada di sisi utara perlintasan. Menurutnya, korban hendak buang air besar ke sawah.
Karena kondisi saat itu masih pagi dan berkabut, lanjut Sumar, korban tidak mengetahui adanya kereta api Rapih Dhoho jurusan Surabaya-Blitar yang sedang melintas dengan kecepatan tinggi. Ditambah lagi usia korban yang sudah uzur membuat pendengaran korban sedikit berkurang.
"Korban tidak mengetahui datangnya kereta saat menyeberang perlintasan, sehingga korban tertabrak. Kereta melintas dari arah timur ke barat," kata Sumar kepada wartawan di lokasi.
Jenazah korban yang sudah tak utuh dan tak bernyawa, ditemukan tetangganya tepat di depan stasiun Damarsi yang sudah tak beroperasi. Lokasi kecelakaan hanya berjarak sekitar 20 meter dari persimpangan kereta tanpa palang pintu di Dusun Damarsi. Perlintasan kereta yang bereda di depan perkampungan juga tak dibatasi oleh pagar.
"Jenazah kita evakuasi ke RSUD Wahidin Sudiro Husodo untuk diotopsi. Untuk sementara tidak ada faktor kesengajaan dari pihak lain, ini murni kecelakaan," imbuhnya.
Sementara tetangga sebelah rumah korban Dedik Sugiantoro menuturkan, nenek Satinah hidup seorang diri di rumahnya. Anak-anak korban telah berkeluarga dan tinggal di rumah mereka masing-masing.
"Nenek Satinah biasa pinjam uang ke saya untuk makan sehari-hari. Tahu si nenek ditabrak kereta, baru anak-anaknya kumpul semua," ungkapnya.
(fat/fat)