Calon Doktor Ini Temukan Cara Lain Atasi Penyakit Kusta

Calon Doktor Ini Temukan Cara Lain Atasi Penyakit Kusta

- detikNews
Minggu, 22 Feb 2015 10:30 WIB
Surabaya - Berbagai penelitian terus dilakukan untuk menemukan cara pencegahan penyakit kusta, seperti yang dilakukan Dr Renny Yuniati, SpKK yang menemukan cara baru mengobati kusta pada tahap awal agar penderita tidak menjadi cacat yang awalnya mengalami perdangan kulit.

Ia menjelaskan selama ini penderita kusta selalu mengalami cacat karena terjadi perdangan yang disebabkan konsumsi obat terlalu lama sehingga menjadikan ketahanan tubuh menurun.

"Setelah melakukan penelitian, penggunaan obat anti peradangan dalam jangka lama memang bisa menurunkan perdagangan atau luka selalu terjadi pada penderita tetapi efek negatif yang ditimbulkan sel kekebalan tubuh kita menurun," kata Renny disela-sela mempersiapkan ujian gelar Doktor kusta di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Minggu (22/2/2015).

Renny juga mengungkapkan, perdangan pada kulit penderita kusta juga disebabkan faktor lain yakni kelelahan fisik penderita. "Stres fisik akan memicu 'Heat Shock Protein' untuk tersebar keluar serta ekstra vasasi cairan dari dalam pembuluh darah berskala rendah sehingga tidak tampak dalam manifestasi klinik," imbuhnya.

Dokter asal Jawa Tengah ini dengan penelitiannya bisa ditemukan obat yang tidak kontraproduktif. Sehingga penderita kusta yang selama ini selalu ditakutkan terjadinya kecacatan yang diawali keradangan kulit.

Sementara jumlah penderita kusta di Indonesia saat ini sekitar 12 ribu hingga 17 ribu dan 1/3-nya atau sekitar 5 ribu penderita ada di Jawa Timur. Dari data WHO, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan Brazil dengan penderita kusta terbanyak.

Masih banyaknya penderita kusta, kata Renny disebabkan kurangnya kepedulian penderita yang kerap melihat sebelah mata jika ditemukan gejala awal seperti bercak putih menyerupai penyakit kulit seperti panu tetapi mati rasa jika dipegang.

"Baru berobat setelah terjadi perdagangan kulit cukup parah. Sifat kuman penyakit jika menularkan baru akan diketahui setelah 3-10 tahun lagi," sebut Renny.


(ze/gik)
Berita Terkait