Ribuan warga dari penjuru Kota Onde-Onde ini berdatangan dengan membawa layah berisi tumpeng nasi kuning. Meski harus menyiapkan sendiri tumpeng nasi kuning, antusiasme warga di luar dugaan. Lebih dari 2015 layah terkumpul dan menjadi menu santap bersama kenduri massal ini.
Sejak pukul 08.00 Wib, warga muslim Kota Mojokerto dari berbagai kalangan memadati Lapangan Surodinawan. Tak hanya kaum ibu, para laki-laki berbusana muslim pun terlihat antusias. Ribuan layah tumpeng nasi kuning menghiasi setiap baris warga yang duduk rapi di bawah naungan tenda raksasa.
Warna orange batik khas Kota Mojokerto mendominasi kenduri massal kali ini. Forpimda Kota Mojokerto, Jamaah Al Ummahat, FKMT, kepala sekolah, pelajar, SKPD, RT, RW, organisasi islam dan Masyarakat se-Kota Mojokerto berbaur menjadi satu. Nuansa guyup nan rukun sangat terasa dalam acara ini.
"Tumpeng nasi kuning ini kita bawa sendiri-sendiri, setiap 4 orang membawa 1 layah nasi kuning," kata Kusnawati (51), warga RT 1 RW 3 Keluarhan Gedongan, Kecamatan Magersari kepada wartawan di lokasi.
Kusnawati mengaku datang bersama belasan tetangganya dengan membawa 3 layah tumpeng nasi kuning. Meski harus menyiapkan sendiri, bahkan secara swadana, dia mengaku senang. Menurutnya, kenduri Maulid Nabi ini momen yang tepat untuk bersilaturrahmi dengan warga se Kota Mojokerto.
"Sebagai umat Islam, kita menghormati lahirnya Nabi kita Muhammad. Kita peringati dengan silaturrahmi untuk menciptakan kerukunan," ungkapnya.
Setelah membaca salawat bersama-sama dan doa dipanjatkan, ribuan warga serentak menyantap tumpeng nasi kuning di hadapan mereka. Hanya dalam hitungan menit, ribuan tumpeng habis disantap warga.
Walikota Mojokerto Mas'ud Yunus mengaku kagum dengan antusiasme warganya yang diluar dugaan. Dia menyebutkan, tumpeng yang dibawa warga lebih dari angka 2015. Padahal tumpeng nasi kuning hasil swadaya masyarakat.
"Sekarang ini kita targetkan 2015 layah, nyatanya lebih dari itu, mungkin lebih dari 3 ribu layah pada hari ini," tuturnya.
Mas'ud menjelaskan, kenduri massal ini untuk mengembalikan tradisi masyarakat Kota Mojokerto. Menurutnya, setiap memperingati hari kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad, masyarakat Kota Onde-onde ini selalu merayakannya dengan kenduri tumpeng yang ditempatkan pada layah.
"Ini kita bangkitkan kembali agar mereka tidak keluar dari akar budayanya. Selain itu, untuk memberikan dorongan, motivasi, dan revolusi mental agar masyarakat Mojokerto siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN," jelasnya.
Walikota berlatar belakang kiai ini berjanji akan memperingati hari besar Islam secara meriah. Antara lain, setiap momen Idul Adha diperingati dengan makan sate gratis, momen 1 Muharram diperingati dengan parade budaya Islam Nusantara.
"Nanti pada bulan Rajab kita peringati dengan Mojokerto bersalawat, kemudian pada hari jadi Kota Mojokerto kita adakan dzikir akbar, batikmu batikku dan acara yang bisa meningkatkan produk asli Mojokerto," pungkasnya.
(fat/fat)