"Jalan-jalan yang kita bangun banyak, karena banyaknya kemarin ada usulan dari banyak pihak. Bapak ini kan banyak membangun jalan di Kabupaten Mojokerto, bagaimana jika salah satunya dikasih nama bapak. Nah begitu ceritanya kemarin. Dan itu sudah didiskusikan," ujar Mustofa kepada wartawan, Rabu (14/1/2015).
Mustofa membantah bila penamaan jalan tersebut atas permintaannya. Sayangnya, orang nomor 1 di Kabupaten Mojokerto ini enggan menyebutkan pihak mana saja yang mengusulkan penamaan Jalan Mustofa Kamal Pasa tersebut.
Bahkan, tampaknya tidak ada inisiatif dari Mustofa untuk melepas nama jalan yang sudah terpasang di gapura yang terletak di Desa Claket itu. Padahal, penamaan jalan itu tidak sesuai mekanisme yang berlaku. Seharusnya, untuk memberi nama sebuah jalan, pemkab harus mengusulkan ke DPRD setempat yang kemudian ditetapkan dalam sebuah Peraturan Daerah (Perda).
"Itu bukan dari permintaan saya pribadi, namun dari banyak orang. Ada yang bilang sebagai kenang-kenangan, terlebih lagi jalan itu belum ada namanya," ungkapnya.
Sebagai gantinya, Mustofa menambahkan, di Kabupaten Mojokerto terdapat banyak jalan baru yang belum bernama. Dia menegaskan, bagi pihaknya yang kurang setuju dengan penamaan Jalan Mustofa Kamal Pasa agar memberi nama jalan yang belum bernama tersebut.
"Nanti saya kasih jalan-jalan baru, monggo nanti siapa yang mau kasih nama, masih banyak. Siapaun boleh nanti kasih nama jalan," tandasnya.
Menjelang Pemilu Bupati (Pilbup) yang akan digelar akhir tahun 2015, Bupati Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa memanfaatkan posisinya untuk membangun pencitraan di masyarakat. Salah satunya membangun sejumlah infrastruktur jalan diberi namanya sendiri. Terlebih lagi, MKP bakal kembali ikut bertarung dalam Pilbup.
Jalan bernama Mustofa Kamal Pasa itu menghubungkan wisata air panas Padusan dengan Desa Claket. Jalan MKP ini dibangun untuk mengatasi kemacetan pada pintu masuk wisata air panas Padusan. Pasalnya, pada momen liburan, kemacetan kendaraan mencapai 5 Km.
Ruas Jalan sepanjang 4,6 Km ini dibangun berliku dan naik turun di lereng Gunung Welirang. Jika ditempuh dari wisata pemandian air panas Padusan, sepanjang sisi kiri jalan berupa jurang, sedangkan sisi kanan jalan berupa tebing yang di atasnya ditumbuhi hutan pinus. Jalan berkonstruksi beton selebar 7 meter ini dibangun di atas lahan perhutani.
Sayangnya, pembangunan belum sepenuhnya rampung. Pada sisi yang berbatasan dengan jurang, belum terpasang rambu-rambu peringatan maupun pembatas jalan. Selain itu, sejumlah jembatan di jalan ini juga belum dilakukan pelebaran.
(fat/fat)