"Akhir-akhir ini Banyuwangi disebut se-nusantara. Terkait dengan pelestarian seni dan budayanya yang kita lihat sangat bagus. Ada support dari Pemkab Banyuwangi dengan event-event. Di Surabaya ada, tapi gregetnya kok kalah dengan Banyuwangi. Untuk itu kita melakukan study banding ke sini," kata Junaidi kepada detikcom, Selasa (23/12/2014).
Menurut Junaidi, kedatangannya ke DPRD Banyuwangi merupakan study banding pribadi, sesuai dengan program DPRD Kota Surabaya. Ini dilakukan untuk menimba ilmu pelestarian budaya lokal di Banyuwangi, dan akan diterapkan di Surabaya.
Dirinya mencontohkan di Surabaya ada tari-tarian yang kurang adanya motivasi. Termasuk juga terkait dengan cagar budaya di Surabaya yang umurnya kurang lebih 50 tahun.
"Kita ingin tau apakah di sini diatur di dalam perda atau perbup atau peraturan lainnya. Meski Surabaya besar, namun jika di Banyuwangi lebih bagus kenapa kita tidak mencontoh di sini," tambahnya.
Selain itu, ilmu yang didapat di Banyuwangi bisa ditularkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya. Tidak hanya itu, faktor penunjang dari adanya pelestarian budaya dan seni untuk mendatangkan wisatawan pun juga digali.
"Di Surabaya tidak ada oleh-oleh khas. Contohnya saja mungkin bekas lokalisasi bisa dijadikan sentra oleh-oleh untuk wisata," pungkas pria dari Fraksi Demokrat ini.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Banyuwangi, Ismoko menuturkan seluruh kegiatan seni dan budaya ini sesuai dengan RPJMD Banyuwangi. Seluruhnya dari DPRD Banyuwangi mendukung kegiatan seni dan budaya. Sebab Banyuwangi memiliki program unggulan. Sal;ah satunya adalah budaya dan sumber daya alam.
"Untuk melindungi pelestarian budaya adat dan seni, sering dilakukan event-event. Selain mengangkat budaya lokal, event nasional maupun internasional juga digelar. Kita dukung terus program bupati," pungkasnya.
(fat/fat)