"Kurang Rp 1.000 pak," ujar Ahmad Sulaiman kepada M. Choirul, jaksa yang bertugas menerima uang denda dari para pelanggar, Selasa (9/12/2014).
"Ya udah," ujar Choirul pendek.
Pria berkaca mata itu tak bisa berkata apa-apa lagi dan langsung mengeluarkan dompetnya lalu mengambil satu lembar uang Rp 1.000 dan menyatukan dengan selembar uang Rp 50 ribu yang dibayarkan Ahmad.
Ahmad sendiri terkena denda karena tak membawa SIM. Denda yang harus dibayar Ahmad adalah Rp 51 ribu. Kebetulan saat itu Ahmad hanya mempunyai uang Rp 50 ribu. Setelah kekurangan Rp 1.000 nya dibayari Choirul, Ahmad hanya bisa tersenyum sambil meninggalkan tempat sidang.
"Beberapa kali ini saya nomboki kekurangan uang," ujar Choirul sambil geleng-geleng kepala.
Namun pengorbanan Choirul tak berhenti sampai di situ. Sekali lagi dia harus nomboki. Kali ini seorang siswa SMA juga kekurangan uang saat membayar denda.
Ifan Efendi, nama siswa itu, menghitung uangnya di depan Choirul. Satu per satu uang pecahan Rp 10 ribu dan Rp 5 ribu ditimpakan ke meja Choirul. Sejurus kemudian, Ifan berujar.
"Cuma Rp 36 ribu pak. Uangnya habis saya belanjakan di mini market. Tadi awalnya Rp 50 ribu" ujar Ifan.
Choirul menggeleng lalu sejurus kemudian tangannya mengambil dompet dan jarinya mencapit uang Rp 5 ribu. "Saya nomboki lagi nih," ujar Choirul terkekeh.
Ifan juga tidak mempunyai SIM. Siswa kelas XI SMA Matrama Bilis itu terkena tilang dan diharuskan membayar denda Rp 41 ribu. Untuk kekurangan denda yang tak seberapa, Choirul rela nomboki. Tapi untuk kekurangan yang banyak, Choirul menyuruh si pelanggar mengambil STNK dan membayar dendanya di Kejaksaan Negeri Surabaya di Sukomanunggal.
Kejadian lucu lain adalah saat sejumlah siswa meminta agar dipercepat proses sidangnya. Mereka meminta didahulukan dengan alasan mereka hendak melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS).
"Cepetan pak, saya mau UAS nih," ujar Ayu Nur, siswa SMA Giki 2.
Kebetulan Ayu Nur juga tak bisa membayar denda. Dia hanya membawa uang Rp 10 ribu, padahal denda yang seharusnya dia bayar adalah Rp 41 ribu. Saat hakim maupun jaksa hendak menasihatinya, Ayu Nur segera memotong dengan mengatakan dia khawatir terlambat datang ke sekolah untuk mengikuti UAS.
"Susah wawancaranya, saya mau UAS ini," pungkas Ayu Nur kepada wartawan.
(iwd/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini