Persiapan sudah dilakukan oleh para pelaku kegiatan kolosal ini. Untuk penari gandrung pun sudah merias diri sejak Pukul 05.00 Wib, meski event ini digelar pukul 15.00 Wib.
Tak sedikit para penari ini rela menginap di rumah perias yang tak jauh dari lokasi pagelaran. Salah satunya adalah Silva, penari gandrung asal Tegaldlimo.
"Saya sejak gladi resik kemarin menginap di Banyuwangi (rumah perias). Supaya tidak bolak balik. Soalnya rumah saya jauh," ujar Silva kepada detikcom, Sabtu (29/11/2014).
Silva bersama dengan 60 orang temannya sengaja menginap di sanggar Sayu Gringsing Banyuwangi. Sebab jarak dari Banyuwangi ke Tegaldlimo berkisar 60 Km.
Event ini merupakan promosi wisata dan budaya Banyuwangi. Namun selain itu, event ini juga memberikan penghasilan tambahan bagi pekerja seni di Banyuwangi.
Menurut Budianto, salah satu budayawan Banyuwangi merupakan berkah besar bagi para sanggar rias dan tari Banyuwangi.
"Bayangkan saja ada 1200 penari. Kalau rias saja sekitar Rp 50 ribu per orang. Kalau sewa baju sekitar Rp 500 ribuan per kostum," ujarnya kepada detikcom, Sabtu (29/11/2014).
Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat tepat. Selain mempromosikan seni dan budaya Banyuwangi, kegiatan ini juga memberikan tambahan penghasilan bagi para seniman, perias dan sanggar tari di Banyuwangi.
"Saya harap event seperti ini bisa terus digelar," pungkasnya.
Sementara itu, Subari Sofyan, salah satu perias di Kota Banyuwangi mengaku dirinya menerima jasa rias event gandrung sewu tiga kali ini. Untuk tahun ini meningkat tajam.
"Tahun lalu hanya 100 orang. Untuk tahun ini hampir 250 penari yang saya rias. Sebagian hanya merias, ada juga yang pinjam kostum," ujar pemilik Sanggar Sayu Gringsing ini kepada detikcom.
(gik/gik)