"Yang berpotensi suka terjadi di daerah Tapal Kuda (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso, Jember, Lumajang), kemudian Madura sendiri dan beberapa kabupaten lainnya," ujar Karo Penmas Div Humas Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli kepada wartawan di sela seminar tentang Pemolisian dan resolusi konflik pada kasus kekerasan berlatar belakang agama, di Hotel JW Marriott Surabaya, Kamis (13/11/2014).
Boy mengatakan, pada prinsipnya konflik kekerasan berlatang belakang agama kelihatannya merata dan kecil, namun bisa berpotensi menjadi konflik yang bisa mengganggu ketertiban umum.
"Kecil tapi kalau tidak dikelola bisa berpotensi menjadi kondisi menimbulkan gangguan. Oleh karena itu, semangatnya menjaga kerukunan antar umat bergama," terangnya.
Mantan Kapolres Pasuruan ini mengatakan, di Jatim sudah ada forum komunikasi umat beragama (FKUB). Katanya, peran FKUB perlu ditingkatkan fungsinya dan diberdayakan. FKUB juga perlu membolisasi para tokoh agama untuk bersama-sama berdialog secara dini untuk mendeteksi kemungkinan persoalan yang akan terjadi.
"Dengan maksud dapat dikelola melalui dialog. Jadi tanpa ujung aksi-aksi di lapangan yang bisa merugikan masyarakat luas. Itu harapan Mabes Polri," tandasnya sambil menambahkan, semua elemen masyarakat maupun pemerintah serta pihak terkait untuk bersama-sama mendegah dan menyelesaikan persoalan kekerasan yang berlatang belakang agama.
(roi/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini