Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pasuruan, Yetty Purwaningsih, mengatakan saat ini kebutuhan bahan baku industri kopi di Jawa Timur sekitar 35.000 ton per tahun, sedangkan kebutuhan untuk ekspor kopi di wilayah Jatim mencapai 70.000 ton per tahun.
"Sementara produksi kopi di Jatim rata-rata hanya sekitar 53.000 ton per tahun. Sehingga saat ini di Jatim terjadi defisit kopi sekitar 52.000 ton per tahun. Ini adalah peluang bagi Kabupaten Pasuruan," kata Yetty, Selasa (14/10/2014).
Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan sumber daya manusia di sentra-sentra perkebunan kopi di Kabupaten Pasuruan. Pihaknya juga tengah melakukan penyuluhan agar petani mampu meningkatkan produktivitas kopi.
"Saat ini kami sedang merayu para petani-petani di sentra-sentra perkebunan kopi di Kabupaten Pasuruan, supaya mereka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi," terang Yetty.
Terdapat delapan kecamatan di Kabupaten Pasuruan yang menjadi sentra kopi di antaranya Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Paserepan, Purwosari, Prigen.
"Jenis kopi yang ditanam para petani di di sini Arabica dan Robusta," jelas Yetty.
Yetty berkisah Kabupaten Pasuruan pernah mengalami masa kejayaan kopi. Namun menjelang dekade 90-an banyak petani kopi yang tertarik dengan komoditas lain dan meninggalkan kebun kopinya.
"Petani di Kecamatan tutur banyak beralih menanam bunga krisan dan apel. Begitu juga petani di Kecamatan Puspo yang beralih berternak sapi perah," terangnya.
Agar petani kembali menanam kopi, pihaknya sudah menjajaki kerjasama dengan perusahaan eksportir untuk membeli kopi petani. Selama ini, banyak petani kopi yang mengeluh sulit memasarkan produknya.
(bdh/bdh)